Pendidikan Nilai Gaya Jawa (4)

0
1,981 views

LEBIH lanjut, Romo  Sunu SJ mengomentari tentang pendidikan nilai di Indonesia, khususnya di Jawa dengan mengacu pada refleksi Mangkunegoro IV.

Apakah di Indonesia, di Jawa pendidikan nilai seperti ini bisa dilakukan?  Terus terang saya kagum dengan refleksi Mangkunegara IV dalam Serat Wedhatama.

Mingkar mingkuring angkara Akarana karenan mardi siwi
…..

Jinejer ing wedhatama
Mrih tan kemba kembenganing pambudi
Mangka nadyan tuwa pikun
Yen tan mikani rasa
Yekti sepi-asepa lir sepah samun
samangsane pakumpulan
gonyak ganyuk nglelingsemi

Mengkono ngelmu kang nyata
sanyatane mung weh reseping ati
Bungah ingaranan cubluk
sukeng tyas yen den ina

……

Fundamentalisme dan Relativisme memiliki akar yang sama yaitu: Tidak mikani Rasa (tidak mencermati Rasa), sehingga Kembenganing pambudi kemba (endapan nalarnya sama sekali kemba).

Mangkunegara dalam Wedhatama, benar-benar mengagumkan. Di tahun itu, bisa merumuskan pentingnya refleksi (mikani rasa), supaya  kembenganing pambudi tidak kemba, supaya endapan nalar mantap.

Cirinya mereka yang sudah mencermati nalar dan rasa ya itu: bungah ingaranan cubluk, sukeng tyas yen den ina.  Lha kok sangat mirip dengan apa yang diajarkan Yesus sendiri.

Bapak uskup dan para rama yang terkasih. Begitulah refleksi kecil saya menanggapi atau merespon tawaran Bapak Uskup untuk memperhatikan gejala-gejala fundamentalisme dan relativisme yang rupa-rupanya menyentuh dan berakar pada dua hal tadi.

Entah bagaimana caranya, saya yakin, teman-teman pasti bisa mulai mengajak umat, orang muda, guru dan teman-teman semua untuk belajar mikani rasa, mrih tan kemba kembenganing pambudi. Salam.”  (Bersambung)

Artikel terkait:

Temu Akrab Para Romo, Bruder Sepuh di Sangkal Putung Klaten (1)

Sosialisasi Budaya Kehidupan pada Para Romo, Bruder Sepuh (2)

Relativisme dan Fundamentalisme dari Kacamata Jesuit (3)

Kisah-kisah Perjalanan yang Mengesankan (5)


LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here