Renungan Harian
7 Agustus 2021
Bacaan I: Ul. 6: 4-13
Injil: Mat. 17: 14-20
SEKALI waktu, saya diminta mendoakan seorang ibu yang sedang sakit. Sebenarnya kalau dilihat penyakitnya, itu bukanlah penyakit yang membahayakan. Tetapi ibu menjadi agak tertekan, karena merasa sakitnya tidak kunjung sembuh.
Suaminyaminta saya mendoakan agar ibu itu menjadi lebih tenang dan bersemangat lagi.
Ketika saya sampai rumah keluarga itu, saya diantar ke kamar tempat ibu itu berbaring.
Ketika saya menyapa, ibu itu berkata: “Romo, tolong doakan saya. Saya sudah bosan sakit. Saya ingin sembuh. Saya sudah berobat kemana-mana. Sudah banyak dokter saya datangi.
Ada teman yang mengatakan di sana dokternya bagus, maka saya ke sana. Di sini dokter bagus, saya pun datangi.
Tetapi tidak ada hasilnya.
Lihat romo, itu obat-obat saya banyak sekali (sembari minta suaminya mengambilkan obat-obat itu). Romo, ini obat dari dokter A. Ini obat dari dokter B. Ini obat dari dokter C. Tetapi semua tidak menyembuhkan saya.”
Saya terkejut melihat jumlah obat yang amat banyak dari bermacam-macam dokter. Dan saya juga heran karena obat-obatnya seperti tidak dihabiskan.
“Ibu, mengapa obat-obatnya masih begitu banyak, bukankah seharusnya obat-obat itu sudah habis?” tanya saya.
“Romo, itulah isteri saya. Dia ke dokter A, diberi obat, diminum dua kali merasa tidak sembuh. Lalu ganti dokter. Dokter B memberi obat, diminum sekali, juga tidak sembuh. Lalu ganti dokter.
Begitu terus, jadi obatnya sampai menumpuk,” suaminya menjelaskan.
“Ibu, besok ibu periksa ke dokter X. Beliau dokter yang hebat. Ibu percaya apa yang saya katakan, dokter itu hebat.
Jadi nanti kalau dokter itu memberi obat, ibu harus minum sampai habis. Ibu yakin saja bahwa obat itu membawa berkat kesembuhan; jadi nanti kalau obatnya habis, ibu pasti sembuh.
Dan yang paling penting ibu harus semangat untuk sembuh,” kata saya.
Sepekan kemudian, ibu itu menelpon saya dan mengucapkan terima kasih karena sudah sembuh.
Dan ibu itu memuji-muji dokter X sebagai dokter yang hebat, karena berhasil menyembuhkan dirinya.
Kiranya obat yang diberikan dokter X tidak berbeda dengan yang diberikan oleh dokter-dokter lain yang sudah memeriksa ibu itu.
Tetapi perbedaannya, ibu itu sekarang yakin dengan dokter X dan mau minum habis obat yang diberikan dokter.
Andai sejak awal ibu itu yakin dengan dokter yang memeriksanya dan minum habis obat yang diberikan pasti sudah sembuh dari awal.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Matius, para murid ditegur Yesus karena kurang percaya.
Mereka sudah mendapatkan rahmat tetapi tidak mampu mempergunakan rahmat dan daya-daya yang ada karena kurang percaya. “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu? Yesus menjawab: Karena kalian kurang percaya“
Bagaimana dengan aku?
Seberapa besar aku percaya pada daya-daya yang dianugerahkan Tuhan padaku?