HAK dan tanggungjawab pendidikan iman anak pertama-tama merupakan kewajiban dan tanggungjawab orangtua dalam keluarga. Terutama dalam mempersiapkan anak untuk menerima Sakramen Inisiasi dalam Gereja Katolik: Baptis-Komuni-Krisma.
Maka, harapannya orangtua jangan sampai menunda-nunda, selagi ada kesempatan untuk anak bisa menerima Sakramen Inisiasi dalam Gereja Katolik.
Orangtua harapannya mengingat kembali, ketika mereka dulu menerima Sakramen Perkawinan dan bersatu sebagai suami-isteri yang salah satu syaratnya mereka berjanji:
- Mendidik anak-anak secara iman Katolik;
- Salah satunya dengan mendampingi anak dalam menerimakan Sakramen Inisiasi.
Keterlibatan Orangtua dan Gereja
Peran orangtua dalam pendampingan anak calon Komuni Pertama memanglah menjadi yang utama dan pertama.
Namun di sisi lain, Gereja juga memberi pelayanannya bagi anak-anak yang dipersiapkan secara khusus untuk menerima komuni pertama.
Tugas Gereja pertama-tama bukan menggantikan peran orangtua dalam mendidik dan mendampingi anak.
Namun justru membantu anak dalam memperkembangkan iman agar mereka siap dan yakin dalam menerima Yesus dalam komuni suci.
Kerjasama Gereja parokial dan orangtua
Orangtua dan Gereja perlu adanya hubungan kerjasama yang baik dalam mempersiapkan anak-anak untuk semakin mantab menerima Yesus dalam Ekaristi dan mampu setia dalam memperkembangkan iman mereka.
Orangtua memang perlu memperhatikan anak-anak agar mereka tekun dan setia untuk mengikuti persiapan Komuni Pertama yang diadakan sekaligus mengajak mereka untuk membiasakan mengikuti Perayaan Ekaristi dengan layak dan pantas.
Selain itu, orangtua dan Gereja perlu membangun dialog dengan anak-anak calon komuni pertama dalam masa-masa persiapannya sehingga anak-anak merasa didukung dan ditemani dalam proses mereka mempersiapkan diri memperkembangkan imannya.
Orangtua perlu mendukung Gereja dalam pelayanannya mempersiapkan anak-anak dalam mempersiapkan diri menerima komuni pertama.
Berbagai macam usaha mestinya telah dilakukan oleh Gereja semaksimal mungkin. Agar anak-anak siap dan mantap untuk menerima Yesus dalam Komuni Kudus.
Ekaristi hendaknya tidak hanya sebagai formalitas belaka namun penghayatan mereka harapannya sampai pada pembaharuan diri dan perkembangan iman dalam Komuni Suci.
Anak-anak diajak untuk merefleksi bahwa yang mereka terima bukanlah hosti biasa. Namun benar-benar Yesus yang hadir dalam Ekaristi; juga hadir di dalam diri mereka untuk memperbaharui dan memperkembangkan iman mereka.
Arah persiapan Komuni Pertama
Hukum Gereja menegaskan demikian.
“Agar anak-anak boleh sambut Ekaristi Mahasuci, haruslah mereka itu memiliki cukup pengertian dan telah dipersiapkan dengan seksama, sehingga dapat memahami misteri Kristus sesuai dengan daya tangkap mereka, dan mampu menyambut Tubuh Tuhan dengan iman dan hormat.” (Kan 913 §1).
Besar harapan Gereja agar arah persiapan tersebut dapat terlaksana dengan maksimal. Maka kedua belah pihak -baik orangtua dan Gereja- hendaknya mampu untuk bersinergi secara matang dalam proses penerimaan ini.
Arah pembinaan ini adalah sebagai berikut :
- Anak mengimani kehadiran Tuhan Yesus dalam Sakramen Ekaristi, sehingga rindu menyambut Komuni Kudus dan bersikap hormat pada Sakramen Mahakudus.
- Anak bisa menyambut Komuni Kudus dengan hormat dan pantas, serta berpartisipasi aktif dalam Perayaan Ekaristi.
- Untuk menyambut Komuni Kudus dengan pantas, anak harus mempersiapkan diri dengan merayakan Sakramen Tobat. Maka mereka harus mengerti apa itu dosa, betapa Allah itu maharahim, dan secara konkret tahu cara mengaku dosa.
Maka, selain pelayanan dari Gereja tentunya perlu dukungan orangtua yang sangat besar dalam memenuhi arah pendampingan tersebut.
Bina lanjut pasca terima Komuni Pertama
Setelah menerima Komuni Pertama, orangtua masih memiliki peran sangat penting. Terutama memotivasi dan memupuk semangat anak-anak untuk berani ambil bagian dalam pelayanan Gereja baik sebagai misdinar, lektor, pemazmur, atau anggota koor.
Tidak hanya ikut serta dalam pelayanan. Namun juga setia dalam iman dan berani mewartakan Yesus dalam tingkah laku dan cara hidup sebagai orang Kristiani yang sejati.
Semoga keterlibatan orangtua mampu membuat anak-anak semakin bertumbuh dan berkembang dalam iman dan mampu mencintai Ekaristi dan meneladani Yesus Kristus dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari.