Perayaan Natal Nasional 2017 di Pontianak – Kalbar: Homili Mgr. Agustinus Agus

0
1,660 views
Presiden Indonesia Ir. Joko "Jokowi" Widodo dan Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus saat sebelum Perayaan Natal Nasional di Pontianak - Kalbar, 28 Desember 2017. (Ist)

Pontianak, 28 Desember 2017

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Dalam iman,  kita percaya bahwa bumi dan segala isinya termasuk manusia diciptakan Allah serba sempurna. Bahkan manusia pertama, Adam dan Hawa diciptakan dan ditempatkan di Taman Firdaus yang penuh dengan kebahagiaan. Kebahagiaan yang sempurna.

Namun Adam dan Hawa, tidak puas dengan kebahagiaan yang sempurna tersebut dan ingin memperoleh yang lebih lebih sempurna lagi, bahkan mau berkuasa melebihi Tuhan, Sang Pencipta itu sendiri. Keinginan tersebut ditopang oleh kuasa  kegelapan yaitu setan sendiri yang sudah lama mencari-cari kesempatan bagaiman mempengaruhi manusia supaya mengingkari Tuhan dan penciptanya sendiri.

Dan kuasa kegelapan berhasil. Adam dan Hawa ingin melebihi Tuhan, Tuhan Sang Pencipta diingkarinya dengan memakan buah terlarang yang ditawarkan setan. Sejak itu,  bukan kebahagiaan yang lebih tinggi yang mereka peroleh, tetapi sebaliknya mereka diusir dari Taman Firdaus dengan telanjang.

Kebahagiaan yang sejati diambil dari diri mereka.

Tuhan berkata kepada perempuan itu: ”Aku akan menambah kesakitanmu selagi engkau hamil dan pada waktu engkau melahirkan!”(Kej.3:16).

Dan kepada laki-laki itu,  Tuhan berkata: ”Karena perbuatanmu itu, terkutuklah tanah.Engkau harus bekerja keras seumur hidupmu agar tanah ini bisa menghasilkan cukup makanan bagimu. Engkau akan bekerja dengan susah payah, dan berkeringat untuk membuat tanah ini menghasilkan sesuatu, sampai engkau kembali kepada tanah, sebab dari tanahlah engkau dibentuk. Engkau dijadikan dari tanah, dan akan kembali ke tanah.” (Kej.3:19).

Dan sejak saat itu, tertutup pintu bagi Adam dan Hawa dan keturunannya, termasuk kita semua yang hadir di sini, umat manusia untuk memperoleh kebahagiaan yang sejati. Pintu surga tertutup bagi umat manusia.

Tapi, Tuhan Mahabaik, kasihnya tanpa batas. Tuhan tidak mau bahwa manusia ciptaannya tanpa masa depan. Tuhan tidak mau bahwa kita, manusia dikuasai, oleh kuasa kegelapan. Maka tanpa memperhitungkan dosa manusia, tanpa memperhitungkan bahwa Adam dan Hawa sudah mengkhianati-Nya,Tuhan mengutus Puteranya Yang Tunggal ke dunia agar manusia, kita semua diselamatkan. ”Karena begitu mengasihi manusia di dunia ini, sehingga Ia memberikan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan mendapat hidup sejati dan kekal.” (Yoh 3:16).

Saudara-saudari yang terkasih.

Lahirnya Tuhan Yesus ke dunia yang hari ini kita rayakan merupakan bukti nyata bahwa Tuhan mau berdamai dengan kita umat manusia yang penuh dosa. Kita semua, saya dan Anda.

Kalau Tuhan yang karena kasih-Nya yang tanpa batas mau berdamai dengan kita, bagaimana kita membalasnya? Apa yang pantas menjadi jawaban kita?

Apakah kita mau seperti Adam dan Hawa yang dari pada membalas kasih Tuhan malahan mengingkari Tuhan itu sendiri dan ingin lebih Tinggi dari Tuhan?

Dosa keangkuhanlah yang menguasai Adam dan Hawa. Akibatnya, mereka  diusir dari Firdaus. Kebahagiaan yg sempurna diambil dari mereka? Berapa banyak orang yang dewasa ini dikuasai oleh nafsu tidak pernah puas, keangkuhan dan merasa diri mampu sehingga bukan hanya orang lain tidak dibutuhkan, tetapi Tuhan pun diabaikannya bahkan tidak dipedulikannya lagi. Hidup kekal, hidup akhirat seakan-akan tidak ada.  Hidup seakan-akan tak dapat mati. Padahal, kita ini semua ‘camat’. Calon mati.

Kalau hidup kekal tidak ada, rugi saya jadi pastor. Rugi, suster, bruder hidup tanpa nikah. Karena ada hidup kekal, maka kami kaum berjubah ini mau hidup seperti ini.

Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus saat Perayaan Natal Nasional di Pontianak bersama Presiden RI Ir. Joko Widodo, Gubernur Kalbar Cornelis, para menteri dan pejabat tinggi pemerintah pusat dan daerah di Ibukota Provinsi Kalbar, 28 Desember 2017. (Ist)

Saudari-saudari terkasih, mari Perayaan Natal kali ini  kita jadikan kesempatan mawas diri. Tuhan sudah mengulurkan tangan-Nya seluas-luasnya agar kita kembali ke pangkuan-Nya, agar kita memperoleh kembali Firdaus yang hilang. Agar kita memperoleh hidup yang kekal.

Itu bukan berarti  bahwa kita tidak boleh hidup enak di dunia ini.Tidak dilarang kita punya harta yang banyak, rumah dan mobil yang bagus, jabatan yang tinggi, istri yang cantik, suami yang ganteng dsb.

Yesus pun selama masa hidup-Nya juga tidak mau bahwa manusia menderita. Maka Yesus menyembuhkan banyak orang yang sakit, yang buta melihat, yang lumpuh berjalan, yang bisa berbicara, yang  tuli mendengar, yang lapar dikasih makan, bahkan Lasarus yang mati dibangkitkan.

Tetapi Yesus mengingatkan bahwa makanan yang sesungguhnya adalah yang turung dari surga, diri-Nya sendiri, sehingga siapa yang percaya kepada-Nya akan hidup,tidak akan mati.

Tuhan sudah mengulurkan tangan sebesar-besarnya untuk berdamai dengan kita umat manusia yang penuh dosa ini.

Apa jawaban kita? Tidak ada jalan lain, selain percaya kepada Yesus Sang Penyelamat, yang mendamaikan kita dengan Allah Bapa, Sang Pencipta.

Kalau Bapa Sang Pencipta mengulur tangan selebar-lebarnya untuk berdamai dengan kita, manusia yang penuh dosa ini, maka tidak ada jalan lain bagi kita untuk membalas-Nya dengan sikap untuk selalu siap sedia juga untuk berdamai dengan orang lain, dengan sesama, bahkan dengan sesama yang berbuat jahat kepada kita.

”Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.” (Kol 3:15).

Tuhan, Pencipta kita memanggil kita untuk menjadi duta-duta perdamaian.

Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus,

Hidup penuh kedamaian menjadi dambaan setiap orang. Damai yang dikumandangkan oleh para malaikat lebih dari 2.000 tahun yang lalu masih jauh dari kenyataan.

Di dunia, bahkan di negara kita tercinta, Indonesia ini, suasana hidup penuh kedamaian masih terus-menerus harus diperjuangkan.

Dewasa ini, kita masih dicemaskan oleh situasi dimana persatuan kita sebagai Bangsa Indonesia sedang terancam perpecahan. Keresahan dan kecemasan ini semakin terasa  tahun-tahun  belakangan ini. Ada pihak-pihak yang dalam memperjuangkan kepentingannya  secara samar-samar atau pun secara terang-terangan tergoda untuk menempuh jalan dan cara yang berbeda dengan konsensus nasional dan salah satu pilar bangsa dan negara kita, yaitu Pancasila.

Hal ini terlihat dalam banyak aksi dan peristiwa: dalam persaingan politik yang tidak sehat dan menghalalkan segala cara; dalam fanatisme yang sempit, bahkan tidak malu-malu  menggunakan agama atau kepercayaan untuk memperjuangkan kepentingan diri atau kelompoknya.

Cita-cita luhur bangsa Indonesia, sebagaimana diungkapkan dalam Pembukaan UUD 1945, untuk menciptakan persatuan, keadilan sosial dan damai sejahtera, bukan saja di antara kita, tetapi juga didunia, masih harus kita perjuangkan terus-menerus secara bersama-sama dengan orang-orang yang berkehendak baik.

Di bumi Kalimantan Barat ini,  kita pantas bersyukur bahwa selama dipimpin oleh Bapak Cornelis sebagai Gubernur selama kurun waktu 10 tahun dalam kerjasama dengan TNI-POLRI, keadaan damai bisa kita rasakan.

Tentu, situasi damai ini menjadi tanggungjawab kita semua untuk senantiasa mempertahankannya.

Hari ini, kita rayakan Kelahiran Sang Raja Damai, Tuhan kita Yesus Kristus. Sebagai pengikut dan murid-murid-Nya, kita semua dipanggil untuk membawa damai dimana pun kita berada. Kita semua dipanggil untuk menjadi agen-agen perdamaian dalam kata dan perbuatan kita. Tentu suasana damai tidak bisa kita perjuangkan sendiri.

Perdamaian kita perjuangkan bersama-sama dengan  semua orang yang berkehendak baik, tanpa membeda-bedakan agama, suku dan golongan.

Inipun tidak cukup. Kekuatan kita yang sesungguhnya adalah Tuhan Yesus Kristus sendiri yang adalah Sang Raja Damai.

Damai Kristus itulah yang seharus dan menjadi andalan untuk mampu menggerakkan hati kita. ”Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua belah pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan.” (Ef 2:14).

Saudara-saudari yang terkasih,

Secara nyata, kita dipanggil untuk merajut kerukunan dan kehangatan persaudaraan di antara kita. Dari Sang Juru Selamat yang adalah “Jalan Kebenaran dan Hidup” (Yoh 14: 6), kita dipanggil untuk mampu merendahkan diri dan membuka diri satu sama lain.

Dalam semangat itulah, kita diundang untuk belajar mengulurkan kebaikan dan kasih kepada sesama. Kita dipanggil untuk saling mengampuni dan memaafkan.

Mari kita doakan agar Perayaan Natal tahun ini mendorong dan menyemangati kita semua untuk belajar dan mengembangkan kemampuan untuk menerima perbedaan dan mensyukurinya sebagai kekayaan kehidupan bersama di Negeri kita tercinta ini: Indonesia.

Mari kita menghidupi dan mengembangkan damai sejahtera yang merupakan anugerah dari Allah, dengan jalan merangkul sesama, serta memajukan kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Hanya dengan demikian, kita dapat memberi kesaksian bahwa damai sejahtera Kristus memerintah didalam hati kita.

Amin.

Pontianak, 28 Desember 2017

Mgr. Agustinus Agus
Uskup Agung Pontianak

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here