Percaya Diri

0
351 views
Ilustrasi - Perawat dan obat. (Ist)

Renungan Harian
Selasa, 3 Agustus 2021
Bacaan I: Bil. 12: 1-13
Injil: Mat.14: 22-36
 
SEORANG
teman yang biasa aktif di media sosial sudah beberapa pekan terakhir ini tidak kelihatan aktivitasnya.

Biasanya ia selalu membagi pengalamannya terkait dengan menjaga imunitas selama masa pandemi Covid-19.

Ia selalu mengunggah pengalamannya bahwa dia seolah tidak mengenal pembatasan-pembatasan yang diberlakukan selama pandemi.

Ia tetap aktif bekerja dan berkegiatan.

Ia selalu mengatakan bahwa dirinya selalu makan sehat, olahraga teratur, dan mengkonsumsi vitamin. Sehingga ia tidak pernah terpapar Covid-19, meski dirinya masih aktif bekerja dan berkegiatan.
 
Suatu kali, isterinya pernah bercerita bahwa dia sering ribut dengan suaminya berkaitan dengan menjaga diri.

Isterinya selalu mengingatkan agar suaminya membatasi kegiatan-kegiatan di luar rumah. Isterinya tidak keberatan bahwa dia tetap bekerja, tetapi berharap agar dia tidak berkegiatan di luar rumah untuk menjaga kesehatan dirinya dan keluarganya.

Namun suaminya selalu tidak pernah menggubris dan selalu mengatakan sudah berusaha hidup sehat. Selebihnya bergantung pada rahmat.
 
Malam itu, saya menelepon dia untuk bertanya kabarnya, karena sudah beberapa pekan tidak kelihatan di media sosial.

Lewat sambungan telepon dia lalu bercerita:

“Mo, tolong doakan kami. Kami sekeluarga terpapar Covid-19. Awalnya isteri saya batuk-batuk dan kemudian demam setelah di tes PCR ternyata positif Covid-19.

Maka saya dan tiga orang anak saya tes PCR semua dan ternyata kami semua positif Covid-19. 

Mo, isteri saya cukup parah, sekarang dirawat di rumah sakit karena membutuhkan ventilator. Sedangkan, anak-anak hanya demam dan batuk-batu. Kalau saya sendiri tidak bergejala apa pun.
 
Mo, ini semua karena kecerobohan saya. Saya selalu merasa yakin kalau sehat  dan hidup sehat sehingga tidak mungkin terpapar.

Ternyata saya terpapar, meski tidak bergejala apa pun. Tetapi akibatnya, keluarga saya semua kena.

Saya sungguh merasa berdosa besar. Apalagi sekarang, isteri saya menderita di rumah sakit.

Mo, mohon bantu doa ya.

Mohonkan belas kasih dan pertolongan Tuhan. Tiap hari, tiap saat saya mohon ampun dan mohon pertolongan-Nya, agar isteri dan anak-anak saya segera pulih.”
 
Dalam pembicaraan selanjutnya, ia bercerita bahwa kesalahan besar yang dia perbuat adalah terlalu percaya diri sehingga tidak waspada.

Dan sekarang dia merasakan guncangan yang amat sangat dengan kejadian ini.

Kiranya apa yang dialami oleh teman saya ini seperti pengalaman Petrus sebagaimana dikisahkan dalam Injil Matius.

Petrus seolah mau membuktikan bahwa yang dilihatnya adalah Tuhan maka minta agar bisa berjalan di atas air.

Ia percaya diri tetapi menjadi tidak fokus pada Tuhan sehingga ketika ada tiupan angin, ia mulai ragu dan mulai tenggelam.

“Tuhan, jika benar Tuhan sendiri, suruhlah aku datang kepada-Mu dengan berjalan di atas air.”

Berpegang pada iman dan harapan tidak berarti untuk “mencobai” Tuhan.
 
Bagaimana dengan aku?

Bagaimana aku bersikap sebagai orang beriman dalam masa pandemi ini?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here