Percayalah, Jangan Berpaling

0
912 views
Ilustrasi - Aneka bunga untuk sesaji. (Ist)

Selasa, 15 Februari 2022

  • Yak. 1:12-18.
  • Mzm: 94:12-13a.14-15.18-19.
  • Mrk. 8:14-21

MENGHADAPI aneka kejadian dalam hidup ini, kita perlu waspada dan selalu berhati-hati dalam menyikapinya.

Semuanya perlu perhitungan dan kehati-hatian, agar jangan sampai kita terjebak dalam lingkaran permasalah yang tak berujung.

Pengaruh sesama bisa membuat segala sesuatu yang telah kita hidupi dan perjuangkan dengan baik bisa berantakan.

Maka perlu menyaring masukan orang lain. Karena tidak semua pikiran yang baik dari orang lain itu sesuai dengan pergulatan batin dan langkah iman kepercayaan kita.

“Saya tidak ingin salah untuk kedua kalinya,” kata seorang ibu.

“Sepuluh tahun yang lalu, saya pernah terjebak dalam tindakan menduakan Tuhan,” lanjutnya.

“Waktu itu, saya terprovokasi karena di depan tokoku, setiap Jumat pagi selalu kami temukan sesajian dan bunga serta beras kuning yang ditaburkan sekitar toko kami,” lanjutnya.

“Saat itu, entah kebetulan atau karena kondisi sedang sulit, toko menjadi sepi dan hampir tidak ada pengunjung sampai berhari-hari,” kenangnya.

“Saya berdoa terus kepada Tuhan, namun tetap saja sepi,” lanjutnya.

“Hingga suatu hari ada teman yang datang, setelah saya cerita keadaan toko, dia menawarkan saya untuk mencari orang pintar yang bisa menangkal bahkan mengembalikan niat jahat seseorang,” ujarnya.

“Saya beritahu suamiku soal tawaran temanku itu, jawaban suamiku tegas dia menolak dan bilang,” percuma kita ke gereja setiap Minggu, jika masalah seperti ini masih harus pergi ke orang pintar, kurang pintar apa Tuhan Yesus,” ujarnya.

“Pikir saya, tidak ada salahnya saya berusaha, mungkin Tuhan menggunakan orang pintar itu sebagai alat Tuhan untuk menolong kami,” kata ibu itu.

“Tanpa sepengetahuan suami, saya pergi ke orang pintar. Saya tidak ingin membalas kejahatan orang lain. Saya hanya ingin melindungi diri dari niat jahat orang, dan supaya toko berjalan sebagaimana mestinya,” lanjutnya.

“Pada awalnya kelihatan lancar dan baik, namun setelah itu keadaan tidak lebih baik dari dulu bahkan lebih jelek,” katanya lagi.

“Saya merasa bersalah sekali dengan Tuhan dan juga dengan suami,” ujarnya.

“Saya tidak percaya pada kuasa Tuhan malah saya mencari pertolongan pada sesama manusia. Saya tidak mendengar nasehat suami, malahan saya melangkah sendiri, langkah yang tidak benar,” ujarnya lagi.

“Sejak saat itu, saya kembali sepenuhnya percaya pada Tuhan, dan menjalankan toko dalam penyerahan serta kepercayaan pada Tuhan semata,” katanya.

“Rezeki itu datang dari Tuhan. Kata suamiku suatu ketika, dan aku percaya hal itu,” katanya lagi.

“Karena sejak saya kembali sepenuhnya percaya pada Tuhan, toko kembali baik, dan bahkan semakin berkembang,” katanya sekali lagi.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: “Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.”

Terkadang berbagai perbuatan Allah yang dilakukan dalam kehidupan kita sering kali tidak terlihat.

Karena selaput iman kita terhalangi oleh kekuatiran, kerisauan, iri dan curiga hingga kita lebih percaya omongan orang daripada berpegang pada tangan Tuhan.

Kita seperti terkena ragi orang Farisi dan orang Herodes, yang tidak percaya pada Tuhan, bahkan banyak perbauatan baik pun tidak meluluhkan hatinya untuk menerima Yesus.

Imam kepercayaan kita begitu lemah, dan gampang terombang ambil oleh kejadian yang tidak kita pahami dan oleh bisikan serta tawaran dari sesama.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sungguh percaya pada Tuhan Yesus?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here