Senin, 15 Maret 2021
Bacaan Injil : Yoh 4:43-54
Saudari/a ku ytk.,
SAAT saya masih kecil, setiap musim panen ada group kesenian tradisional “ledek” yang mengamen dari desa ke desa. Biasanya timnya ada 4-5 org. Mereka berjuang mencari nafkah.
Ada yg main musik gamelan dan penari sekaligus penyanyi. Mereka bawa obor atau oncor. Sekarang kesenian seperti itu sudah jarang di desa.
Mereka sekarang mengubah strategi. Saya lihat mereka sekarang tampil di perempatan/pertigaan jalan yg ada lampu merahnya. Mereka berjuang dari pagi sampai sore mereka mengamen. Ada musik, joget dan lagunya.
Mereka pakai kostum yg khas dan wajah dirias Untuk mendapatkan rejeki, mereka kreatif, proaktif dan punya inisiatif. Dan biasanya kita yang lewat jalan itu lebih menghargainya dan rela memberikan sumbangan untuk group seperti ini daripada yg cuma minta-minta. Iya nggak?
Keselamatan atau berkat Allah juga membutuhkan kerja sama dan proaktif dari manusia. Tuhan menyediakan rahmat dan manusia diajak untuk berjuang dan berusaha meraihnya. Tidak cuma “kridho lumahing asta”.
Allah sudah mengulurkan rahmat, manusia diharapkan berjuang menggapainya dengan “angkat pantat” dan bergerak mendekati Allah. Istilah dosen teologi saya waktu itu, Rama Bernard Kieser, SJ: “Teologi Angkat Pantat”. Jadi, ada 2 gerakan yang saling mendekat dari pihak Allah dan manusia. Maka, terjadilah “klik” keselamatan.
Dalam Injil hari ini Tuhan Yesus datang dari Yudea ke Galilea-Kana. Ada seorang pegawai istana di Kapernaum yang berusaha menemui Yesus di Galilea. Ia memohon supaya Yesus menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Orang itu berjuang datang dari Kapernaum ke Kana untuk menemui Yesus.
Dia percaya bahwa Yesus bisa menyembuhkan anaknya. Ada 2 gerakan di sini: Yesus datang dan si pegawai istana berjuang mendekat dan memohon kepada Yesus. “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati,” pintanya. Akhirnya, mukjijat kesembuhan pun terjadi.
Pertanyaan refleksinya, Bagaimana dengan hidup beriman Anda selama ini? Maukah Anda bergerak “angkat pantat” mendekati-menemui Yesus Sang Juru Selamat? Ataukah Anda malah mudah menyerah dan tak berpengharapan di masa Pandemi Covid-19 ini?
Marilah kita terus memperbarui relasi keakraban kita dengan Tuhan. Semoga masa Prapaskah menjadikan “Sing adoh dadi caket, sing wis caket samsaya rumaket kaliyan Gusti” (yang jauh makin dekat, yang sudah dekat makin akrab dengan Tuhan).
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)