Sabtu Imam, 2 April 2022
Bacaan Injil: Yoh 7:40-53
Saudari/a ku ytk.,
PADA suatu hari ada seorang ibu membeli buku “Mengikuti Jejak Kristus” buah karya Thomas A Kempis. Dia membacanya dan semakin lama membaca buku itu, ia semakin rindu dan tergerak untuk menjadi bagian dari Yesus. Dia lalu memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus di dalam Gereja Katolik.
Mengenal Yesus berarti bertobat (menyadari, menyesali dosa dan berkomitmen), berbalik kepada Yesus dan mencintaiNya. Di dalam buku itu orang diajak untuk menyadari diri dan intropeksi diri. Yesuslah yang menjadi pola atau inspirasi. Bagaimana kita diajak untuk tidak mudah dan cepat menghakimi orang lain.
Mengutip nasihat hidup nenek moyang Jawa, “Aja ngaku pinter yen durung bisa nggoleki lupute awake dhewe” (Jangan mengaku pintar/bijak jika belum bisa mencari kesalahan diri sendiri). Atau nasihat lain: “Aja ngaku unggul yen isih seneng ngasorake wong liya” (Jangan mengaku unggul jika masih senang merendahkan orang lain).
Manusia yang sejati adalah ia yang senantiasa mau sadar diri, tahu diri, “sumeleh ing pamikir” (bersikap rendah hati dalam berpikir) dan “sumarah ing karep” (memasrahkan seluruh keinginan pada kehendak Tuhan).
Hidup di zaman sekarang ini banyak tekanan, baik tuntutan kebutuhan hidup maupun penilaian sosial. Bacaan Injil pada hari Sabtu Imam hari ini mengisahkan penilaian atau penghakiman ahli Taurat dan orang Farisi terhadap Yesus.
Ketika orang mulai mengakui Yesus sebagai seorang yang datang dari Allah, maka dengan apriori ahli Taurat mengatakan: “Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.”
Bukankah dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering mengalaminya? Dengan susah payah kita berjuang melakukan segala kebaikan, tetapi ‘penghakiman’ dan penilaian negatif yg kita terima. Bahkan kita menerima penolakan.
Sebagai peneguhan bagi kita, bila Yesus saja yang Tuhan dan Guru kita, ‘ditolak’, dihakimi, dan dinilai negatif oleh orang, apalagi kita? Hehe….Jangan takut ditolak dan disalah mengerti.
Sabda Tuhan ini menasihati kita untuk bersikap bijaksana. Jangan cepat berpikiran negatif. Jangan sampai kita cepat mengadili sesama dengan hanya melihat bagian luarnya saja. Mungkin ada di antara kita juga demikian: lebih cepat mengadili, berprasangka buruk daripada melihat kebaikan sesama sebelum mengklarifikasinya.
Kita diajak untuk melakukan pertobatan. Pertobatan dalam hal apa? Pertobatan dalam memandang orang lain. Kita diingatkan untuk melihat dan mengenal Yesus di dalam diri sesama. Kita juga diingatkan untuk melihat hal-hal baik di dalam diri sesama.
Terimakasih atas dukungan dan doa-doa Anda semua untuk para imam dan calon imam. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari MeSRA (Mertoyudan Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)