Percik Firman: Betapa Bahagianya

0
618 views

Kamis, 6 Agustus 2020

Pesta Yesus Menampakkan Kemulian-Nya

Bacaan Injil: Mat 17:1-9

Kata Petrus kepada Yesus: “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.” (Mat 17:4)

Saudari/a ku ytk.,

APAKAH Anda pernah membuat bahagia orang lain dengan doa-doa Anda selama ini? Jika sudah, puji Tuhan. Doa itu memberikan daya yang luar biasa dalam hidup kita.

Pada hari ini Gereja merayakan Pesta Yesus menampakkan kemuliaan-Nya (Transfigurasi). Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan bagaimana Tuhan Yesus naik ke Gunung Tabor bersama dengan tiga murid inti, yakni Petrus, Yohanes dan Yakobus. 

Untuk apa Yesus naik gunung yang tinggi? Dalam Kitab Suci, gunung menjadi symbol tempat perjumpaan manusia dengan Allah. Yesus naik gunung untuk berdoa. Di tengah-tengah karya pelayanan-Nya, Yesus mengkhususkan waktu untuk menyepi, masuk dalam keheningan, dan berdoa kepada Allah Bapa-Nya. 

Teladan Yesus ini semakin menegaskan kepada kita mengenai pentingnya doa dalam kehidupan kita. Di tengah kesibukan, pekerjaan, dan kegiatan-kegiatan kita sehari-hari, yang seringkali menyita banyak waktu dan tenaga, kita harus berani mengkhususkan waktu untuk masuk dalam keheningan dan berdoa. 

Doa yang kita lakukan dengan tekun dan sungguh-sungguh, akan menghasilkan buah dalam kehidupan kita sebagaimana dialami Yesus. Wajah Yesus berubah dan bercahaya seperti matahari, dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang. 

Doa ternyata dapat memancarkan aura kasih. Dalam aura kasih itu, ada kemuliaan dan kesucian. Maka, kita seringkali menjumpai bahwa orang-orang yang tekun berdoa itu memancarkan kesucian hidup. 

Doa juga menjernihkan arah dan tujuan misi Yesus ke Yerusalem. Dalam doa-Nya, Yesus berjumpa dengan Musa dan Elia. Mereka adalah dua tokoh besar dalam Perjanjian Lama terkait dengan karya keselamatan Allah. Musa simbol sang tokoh pembebas dan Elia simbol para nabi utusan Allah dalam menyampaikan sabda Allah.

Doa dapat menjadikan kita bisa memancarkan kebahagiaan bagi orang lain. Setelah Yesus berdoa, Petrus dan teman-temannya merasakan kebahagiaan, sehingga berkata, “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.” Artinya, doa itu membuahkan kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup kita dan sesama. 

Kalau kita menghayati hidup doa kita, kehadiran kita di mana pun akan membawa kebahagiaan bagi sesama. Wajah kita menampakkan keteduhan. Senyuman kita membawa kegembiraan. Kata-kata kita menghibur dan mencerahkan. Tindakan kita membawa berkat. Orang lain merasa nyaman berada di dekat kita.  

Sebagai seorang formator di Seminari Mertoyudan, saya berharap agar para seminaris juga dapat berkata seperti Santo Petrus, “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini”. Semoga mereka bahagia tinggal dan dididik di Seminari tertua di Indonesia yang luasnya 5,6 hektar dengan kebun yang rindang, udara sejuk, fasilitas memadai, dan staf formator yang baik.

Pada tahun ajaran 2020-2021 ada 238 seminaris. Situasi saat ini tidak mudah terkait dengan wabah Covid-19 di berbagai tempat. Terjadi suasana transisi atau peralihan dalam model pembelajaran di kelas, dari model belajar tatap muka dengan bapak/ibu guru menjadi pembelajaran online. 

Pertanyaan refleksinya, adakah tempat favorit Anda  untuk berdoa? Bagaimana hidup doa Anda akhir-akhir ini?

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y.Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here