Percik Firman: Dipanggil untuk Bersatu

0
406 views
Ilustrasi
Kamis, 1 Juni 2017
PW St. Yustinus Martir (+ 165)  & Novena Roh Kudus hari ke-7
HARI LAHIR PANCASILA
Bacaan: Yoh 17:20-26
“Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.   (Yoh 17:21)
Saudari/a ku ytk.,
Saya Indonesia, saya pancasila. Pernyataan dari Presiden Jokowi ini menjadi trending topik dan dijadikan tulisan status banyak orang di facebook, WhatsApp, dan berbagai media sosial. Memang tanggal 1 Juni ini diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila, dasar negara NKRI.
Seorang penyanyi, alm. Franky Sahilatua, terkenal dengan lagu Pancasila Rumah Kita. Demikian syairnya:
Pancasila rumah kita
Rumah untuk kita semua
Nilai dasar indonesia
Rumah kita selamanya.
Untuk semua puji namanya
Untuk semua cinta sesama
Untuk semua warna menyatu
Untuk semua bersambung rasa
Untuk semua saling membagi
Pada setiap insan, sama dapat 
sama rasa.
Untuk semua puji namanya
Untuk semua cinta sesama
Untuk semua warna menyatu
Untuk semua bersambung rasa
Untuk semua saling membagi
Pada setiap insan, sama dapat 
sama rasa
Oh Indonesiaku, oh Indonesia.
Ya, bersatu, menyatu. Itu pula doa Yesus pada Injil hari ini. Kita dipanggil menjadi satu. Yesus berdoa supaya kita menjadi satu sama seperti Dia dan BapaNya adalah satu. Apa artinya menjadi satu?
Mengapa Yesus berdoa demikian? Yesus berdoa bagi kita karena Dia tahu bahwa persatuan bukan suatu hal yang mudah. Persatuan bukan sekadar tinggal atau berkumpul bersama saja. Persatuan yang dikehendaki Yesus adalah persatuan seperti yang terjadi antara Dia dan BapaNya.
Lantas Bagaimana persatuan Yesus dan BapaNya itu? Persatuan Yesus dan BapaNya adalah persatuan kasih. Bapa mengasihi Yesus dan Yesus mengasihi Bapa. Persatuan kasih ini terungkap dalam firman dan pekerjaan Yesus.
Selama hidupNya, Yesus hanya menyampaikan firman yang dikehendaki BapaNya. Yesus hanya mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki BapaNya. Inilah persatuan kasih Yesus dan BapaNya. Kalau Yesus berdoa supaya kita menjadi satu, itu berarti Yesus mau supaya kitapun memiliki persatuan yang hidup dengan Bapa.
Sadar atau tidak sadar, sesungguhnya akar dari keretakan hubungan apapun, termasuk hubungan kita dengan Tuhan dan sesama, tidak lain karena kita kurang bersedia mendengarkan dan memahami. Jika kita sadar betapa beratnya persatuan ini, kita tidak akan lupa mendoakannya setiap saat.
Hari ini Gereja merayakan Santo Yustinus martir. Ia lahir dari keluarga di Nablus, Samaria, Asia Kecil pada awal abad kedua. Ia mendapat pendidikan yang baik sejak kecil. Kemudian ia tertarik pada pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan tentang Allah. Ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor.
Dalam buku Percakapan dengan Truphon Yahudi, Yustinus menulis: “Meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau di buang ke moncong-moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi saleh.”
Di Roma, Yustinus ditangkap dan bersama para martir lainnya disesah. Kepala mereka dipenggal. Peristiwa ini terjadi pada tahun 165. Darah kemartiran dan pengorbanannya menyuburkan iman Gereja hingga saat ini. Maukah Anda bersatu dan menjadi pemersatu? Maukah Anda berkorban bagi keluarga, Gereja dan bangsa?
Pancasila dasar negara kita
NKRI sudah harga mati
Kita dipanggil menjadi duta cinta
Agar hidup bersama indah bagai pelangi.
Berkah Dalem. Salam Teplok.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here