Sabtu, 22 Oktober 2022
PF Santo Yohanes Paulus II (Paus)
Bacaan Injil : Lukas 13:1-9
“Tuan, biarkanlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya” (Luk 13:8)
Saudari/a ku ytk.,
ADA ungkapan inspiratif yang mengingatkan kita, “Luwih becik dadi bekas wong elek, tinimbang dadi bekas wong apik”. (Lebih baik menjadi bekas orang jahat daripada menjadi bekas orang baik).
Hidup ini adalah kesempatan. Kesempatan untuk apa? Kesempatan untuk terus berbuat baik, kesempatan untuk bertobat, untuk mengampuni, untuk mengembangkan bakat, untuk mengabdi Tuhan, kesempatan untuk melayani sesama, dsb.
Sampai ada lagu “Hidup Ini adalah Kesempatan”. Berikut ini penggalan syairnya:
“Hidup ini adalah kesempatan/ Hidup ini untuk melayani Tuhan/ Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan bri/ Hidup ini harus jadi berkat.
Oh Tuhan pakailah hidupku/ Selagi aku masih kuat/ Bila saatnya nanti/ Ku tak berdaya lagi/ Hidup ini sudah jadi berkat”.
Bacaan Injil ini hari ini mengisahkan bagaimana orang diajak untuk bertobat dan diberi kesempatan untuk hidup lebih baik lagi. Hal ini ditegaskan Tuhan Yesus dengan perumpamaan pohon Ara yang tidak berbuah.
Santo Lukas mewartakan bahwa seruan bertobat bernada keras dengan perumpamaan yang menjelaskan bagaimana kerahiman Tuhan bisa menjadi kenyataan. Pohon Ara yang tidak berbuah selama tiga tahun itu masih mendapat kesempatan setahun lagi. Harapannya, tahun depan akan menjadi pohon yang baik dan bisa berbuah.
Perumpamaan tersebut juga memperlihatkan betapa besarnya peran pengurus kebun. Ia memintakan kelonggaran. Ia juga bersedia mengusahakan agar pohon Ara yang mandul itu bisa menjadi baik.
Dia menggemburkan tanah sekeliling dan memberi pupuk. Hati sang empunya kebun melunak melihat kecintaan pemelihara kebun terhadap pohon yang naas itu.
Pengurus kebun itu bukan administrator yang bekerja atas dasar kalkulasi untung rugi melulu. Tetapi pengurus kebun itu adalah orang yang mencari mereka yang sulit, yang sudah tanpa harapan lagi. Pengurus kebun itu adalah orang yang masih berani mendekati mereka yang menjengkelkan Tuhan sendiri.
Perumpamaan itu disampaikan Tuhan Yesus untuk menyadarkan dan mengkritik sikap orang-orang Yahudi, baik yang tinggal di Galilea maupun Yerusalem. Masalah di Galilea ialah perbedaan antara orang kaya dan orang miskin, adanya ketakadilan sosial yang makin memojokkan orang miskin. Masalah orang Yerusalem ialah sikap saleh tapi sombong, merasa aman dan mau mengatur Tuhan.
Dua wilayah itu melambangkan dua tipe kedosaan manusia yang perlu dijauhi, yaitu: (1) kelekatan pada kekayaan, sehingga melupakan sesama (“dosa orang Galilea”), dan (2) sikap merasa diri sudah jadi orang lurus, sehingga berlaku munafik dan bahkan memusuhi Yesus sebagai utusan Tuhan sendiri (“dosa orang Yerusalem”).
Pada hari ini Gereja merayakan peringatan fakultatif Santo Yohanes Paulus II. Sejak umur 20 th dia sudah menjadi anak yatim piatu. Dia tidak mau memilih minder, sedih berkepanjangan, dan putus asa. Dia memilih ingin menjadikan hidupnya kesempatan yang berharga.
Sejak remaja dia sudah bekerja keras, tekun mengembangkan talentanya (teater dan ahli bahasa) dan memilih memaknai hidupnya dengan menjadi imam. Dia menguasai 12 bahasa asing.
Sejak terpilih sebagai paus, dia dikenal sebagai paus kerahiman, sosok yang ramah, murah senyum, cerdas, dan pernah ditembak. Dia mengampuni orang yang menembaknya. Lalu peluru itu dipersembahkan pada Bunda Maria di Fatima. Ia wafat 2 April 2005. Diangkat menjadi santo oleh Paus Fransiskus tanggal 27 April 2014.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana hidup Anda akhir-akhir ini: lebih banyak berbuat baik atau berbuat jahat? Selagi masih diberi kesempatan hidup oleh Tuhan, marilah kita menyadari dan menyesali kesalahan, lalu bertobat dan membangun niat untuk hidup lebih baik, agar hidup kita berbuah berkat bagi keluarga dan sesama.
Selamat berakhir pekan. Jangan lupa bahagia dan tetap semangat.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang). # Y. Gunawan, Pr.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)