Percik Firman: Kepribadian yang Terbelah

0
294 views

Rabu, 1  April 2020

Bacaan Injil: Yoh 8:31-42

“Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham” (Yoh 8:39)

Saudari/a ku ytk.,

DALAM Gereja ada dua panggilan hidup, yaitu: menikah (berkeluarga) dan tidak menikah (tidak berkeluarga). Keduanya sama-sama mulia dan luhur. Keduanya sebagai sarana untuk menggapai kebahagiaan hidup. Yang membedakan adalah cara penghayatannya. Bagaimana setiap pribadi menghayati panggilan hidupnya? Tergantung kedewasaan kepribadiannya.

Ada sebuah istilah yang menarik yakni ‘split personality’. Apa maksudnya? Split personality berarti kepribadian yang terbelah. Ini dapat terjadi pada tataran individu (seseorang) maupun tataran kolektif (masyarakat). Kondisi ini ditandai oleh ketidakmampuan seseorang dalam mengintegrasikan dirinya. Pribadi orang itu terbelah menjadi dua sosok yang boleh jadi bertolak belakang. 

Orang yang mengalami keterpecahan kepribadian ini memiliki tiga tingkatan, yaitu: pertama, Tingkat kepribadian yang paling parah: kalau dalam hidupnya selalu memiliki tujuan buruk, merusak, atau menghancurkan sesamanya. Kedua, Tingkat kepribadian yang stabil buruk: orang tidak mau melepaskan diri dari keburukannya dan senang bertahan dalam keburukan. Ketiga, Tingkat kepribadian situasional: Orang kadang hidupnya baik dan kadang buruk. 

Bacaan Injil hari ini berbicara mengenai kritik Tuhan Yesus terhadap orang Yahudi yang merasa diri keturunan Abraham, tetapi tidak menghayati hidup dan jati diri sebagai anak Abraham. Mereka mengalami split personality. “Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham”, tegas Yesus. Mereka merasa sebagai bangsa yang terberkati, tetapi tidak membagikan berkat Tuhan itu dalam hidupnya. Malah mereka menjadi hamba dosa.

Seorang suami atau bapak yang terus mengeluh karena merasa berat bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Bapak ini mengalami split personality. Kalau tidak mau menanggung resiko menghidupi istri dan anak yaaa jangan menikah. Kegembiraan seorang suami atau bapak adalah ketika dapat membuat istri dan anak tersenyum bahagia walau dirinya harus banyak bekerja keras. Demikian pula dengan isteri.

Pertanyaan refleksinya, banggakah Anda dengan panggilan hidup Anda saat ini? Banggakah Anda menjadi orang Katolik? Orang yang sudah dibaptis diangkat menjadi anak-anak Allah. Mari kita terus berusaha menghayati jati diri kita sebagai anak-anak Allah melalui pikiran, perkataan perbuatan sehari-hari. 

Semoga Tuhan memberkati usaha kita dan Bunda Maria merestui.

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan di awal April 2020 ini. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here