Percik Firman : Kita Butuh Orang Lain

0
177 views

Minggu, 1 Januari 2023

HR Santa Maria Bunda Allah 

Bacaan Injil: Luk 2:16-21 

Saudari/a ku ytk., 

PADA hari ini kita merayakan Hari Raya Santa Maria Bunda Allah (Mater Dei). Sekaligus hari ini kita memperingati hari Perdamaian Sedunia ke-56. 

Dalam pesan Hari Perdamaian Sedunia ke-56, Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa Covid-19 menenggelamkan kita ke dalam malam yang kelam. 

Covid-19 menggoyahkan kehidupan kita sehari-hari, mengganggu rencana dan rutinitas kita, dan mengganggu ketenangan bahkan dari masyarakat yang paling makmur sekalipun. Covid-19 juga menimbulkan disorientasi dan penderitaan serta menyebabkan kematian banyak saudara dan saudari kita. 

Paus Fransiskus mengapresiasi aneka usaha dari banyak pihak untuk mengatasi pandemi ini dengan berbagai terobosan yang tak kenal lelah. Di tengah badai tantangan yang tak terduga dan menghadapi situasi yang membingungkan itu, para petugas kesehatan dunia bergerak untuk meringankan penderitaan yang luar biasa dan mencari solusi yang memungkinkan. 

Paus Fransiskus juga mengingatkan kita bahwa pandemi Covid-19 ini memberikan kesadaran baru kepada kita sebagai umat manusia. Kita tidak bisa hidup sendirian. Kita butuh orang lain. Kita perlu bekerja sama dan bergandengan tangan mengatasi situasi pandemi yang tidak mudah ini. 

Bapa Suci mengungkapkan, “Hari ini kita ditanya: Apa yang kita pelajari dari pandemi?” 

Atas pertanyaan reflektif itu, Paus Fransiskus mengungkapkan, “Pelajaran terbesar yang kita dapatkan dari Covid-19 adalah kesadaran bahwa kita semua saling membutuhkan. Bahwa harta kita yang terbesar namun paling rapuh adalah kemanusiaan kita bersama sebagai saudara dan saudari, anak-anak Allah. 

Dan bahwa tidak seorang pun dari kita dapat diselamatkan sendirian. Oleh karena itu, kita harus bersatu dalam mencari dan mempromosikan nilai-nilai universal yang dapat memandu pertumbuhan persaudaraan manusia ini”. 

Sabda Tuhan pada hari raya Maria Mater Dei hari ini mengajak kita untuk menimba inspirasi dari Bunda Maria. Bunda Maria adalah pribadi yang reflektif. Dia bukan pribadi yang reaktif, emosional, dan grusa-grusu (terburu-buru). Setiap peristiwa dan pengalaman yang terjadi coba dimaknai dan direnungkan dalam hati. 

Saat ada rombongan para gembala yang “jagong bayi” menemui Yesus Sang Bayi dibungkus lampin pada malam hari, misalnya, Bunda Maria menerima dengan terbuka. Ternyata para gembala diutus oleh malaikat Tuhan. 

Mereka dipilih sebagai orang yang pertama untuk melihat keajaiban lahirnya Sang Juru Selamat ke dunia. Apa yang mereka lihat persis dengan apa yang disampaikan malaikat kepada mereka. Dan Bunda Maria menyimpan semua itu dalam hati dan merenungkannya. 

Paus Fransiskus menegaskan bahwa jika kita ingin maju, kita perlu berbalik yakni memulai dari palungan, dari Sang Bunda yang menatang Allah. 

Dalam homilinya saat Misa Hari Raya Maria Bunda Allah, Paus Fransiskus mengungkapkan, “Allah menginginkan Gereja-Nya menjadi seperti Maria: seorang Ibu yang lembut dan rendah hati, miskin dalam barang-barang jasmani dan kaya akan cinta, bebas dari dosa dan bersatu dengan Yesus, menyimpan Allah di dalam hati kita dan sesama kita di dalam kehidupan kita.” 

Bahkan dalam kitab suci Al-Qur’an, diungkapkan bahwa Siti Maryam (Bunda Maria) digambarkan sebagai wanita suci pilihan Allah, taqwa, terpuji dan dijunjung tinggi. Maryam adalah satu-satunya wanita yang disebut dengan ‘nama diri’ dalam Al-Qur’an, sementara wanita saleh lainnya disebut julukannya (istri Ibrahim, istri Nuh, dsb). 

Siti Maryam adalah wanita empunya surga. Maryam berarti ‘Yang Berserah’, atau ‘Yang Melayani’. Dalam Al-Qur’an, kisah Siti Maryam ditulis dalam surat yang jumlahnya 200 ayat. Secara khusus, kisah mengenai mukjizat Siti Maryam dan Isa ada di surat Al Imran ayat 33-63 (Y. Gunawan Pr, “12 Katekese, Renungan dan Doa Bunda Maria”, Kanisius, 2019, hlm. 145-147). 

Mari pada awal tahun 2023 ini kita bersyukur karena kita dapat melalui tahun 2022 dengan baik. Pandemi Covid-19 mengubah banyak hal. Maka tahun 2023 adalah Tahun Pemulihan dan Pengharapan. Kita menata hidup kembali dan bangkit dengan tata hidup yang baru. 

Seperti Musa, mari kita berdoa kepada Tuhan mohon perlindungan, kasih karunia dan damai sejahtera pada awal tahun baru 2023 ini. “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera” (Bil 6,24-26). 

Selamat Memasuki Tahun Baru 2023. Tuhan memberkati dan Bunda Maria merestui. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli, Semarang). # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here