Percik Firman: Makna Baru Berpuasa

0
361 views

Senin, 18 Januari 2021

Hari ke-1 Pekan Doa Sedunia Kesatuan Umat Kristiani

Bacaan Injil: Mrk. 2:18-22

“Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” (Mrk 2:18)

Saudari/a ku ytk.,

SAAT masih kecil saya pernah puasa Senin Kamis dan Puasa weton. Puasa Senin Kamis saya lakukan saat punya permohonan tertentu. Sedangkan puasa weton saya lakukan setiap 35 hari sekali (selapan) saat memperingati weton kelahiran saya. 

Kata orangtua, puasa weton untuk mensyukuri kehidupan yang diberikan Tuhan dan mohon perlindungan. Lalu petang atau malam harinya mamak sudah menyiapkan nasi tumpeng kecil dalam piring beserta lauk pauk gudangan dan telur rebus.

Ada berbagai jenis puasa di tengah masyarakat kita untuk melatih laku prihatin, tirakat, mensyukuri kelahiran, mohon petunjuk Tuhan, mengikuti perintah agama, dsb. Ada puasa Senin-Kamis, puasa mutih, puasa ngrowot, puasa weton, puasa ramadhan, puasa prapaskah, dsb.

Sebagai orang Katolik, kita punya tradisi berpuasa dalam Masa Prapaskah. Puasa ini mempunyai dua dimensi, yakni vertikal (mendekatkan diri pada Tuhan) dan horizontal (peduli pada sesama, melatih jiwa sosial). Bukan untuk mencari kesaktian dan memaksa Tuhan.

Dalam injil hari ini, Tuhan Yesus sedang menjelaskan tentang pemaknaan baru tentang tradisi puasa. Bagi Yesus, puasa bukanlah kegiatan agamawi belaka. Puasa bukanlah sekedar melakukan apa yang ditulis oleh Hukum Taurat tanpa mengerti mengenai maknanya. Tetapi, puasa adalah salah satu cara agar kita dapat lebih akrab dengan Tuhan.

Sayangnya, ada banyak orang yang menjadikan puasa sebagai aksi mogok makan di hadapan Tuhan. Dengan lain kata, kalau saya berdoa dan belum mendapatkan jawaban doa, maka saya akan puasa di hadapan Tuhan, sampai saya dapat jawaban. Sepertinya dengan berpuasa, kita memaksa Tuhan.

Puasa bukanlah memaksa Tuhan untuk melakukan apa yang saya mau. Tetapi berpuasa justru memaksa saya untuk berjalan lebih dekat dengan Tuhan, memaksa saya agar tidak terikat dengan hal-hal duniawi. Memaksa saya agar tidak terikat dengan kesenangan-kesenangan daging. Tetapi sebaliknya kesenangan daging tunduk pada Kuasa Allah, dan mengalami kasih Allah.

Mari dalam hidup ini kita menari bersama Roh Allah. Kita biarkan diri kita dibentuk dan dituntun Allah. Jangan mendikte Allah. Jangan memaksa Allah. Jika niat kita baik, pasti Allah akan memberikan kelancaran pada kita. Demikian juga alam semesta. Mestakung. Semesta mendukung. 

Pertanyaan refleksinya, Apa makna puasa bagi Anda? Adakah pengalaman istimewa saat Anda berpuasa?

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here