Percik Firman: Semangat “Aja Mung Obor-Obor Blarak”

0
754 views

Selasa, 30 Maret 2021

Bacaan Injil: Yoh 13: 21-33.36-38

“Tuhan, mengapa aku tidak dapat mengikuti Engkau sekarang? Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!” (Yoh 13:37)

Saudari/a ku ytk.,

DALAM masyarakat Jawa, dikenal ada ungkapan “Aja mung obor-obor blarak”. Obor blarak adalah nyala api yang terjadi pada blarak (daun kelapa kering). Blarak akan mudah sekali terbakar. Begitu blarak dibakar langsung berkobar. Tetapi kobaran api itu tidak berlangsung lama, tidak tahan lama, dan langsung mati. Itulah obor-obor blarak. 

Semangat menyalanya cuma sesaat dan segera padam sebelum segala sesuatunya tamat. Maka dengan falsafah “Aja mung obor-obor blarak”, orang diingatkan untkuk terus konsisten dalam menjaga api semangat, memperjuangkan komitmen dan kekonsistenan antara kata dan tindakan dalam hidup ini. Dengan konsisten antara kata dan tindakan, diharapkan kita tidak “mencla-mencle”. 

Latar belakang bacaan Injil hari ini adalah perjamuan malam terakhir (the last supper). Yesus menubuatkan kematian-Nya dan pengkhianatan murid-murid-Nya. Mereka kaget. Bahkan beberapa orang seperti Petrus menyatakan loyalitas dan janji setianya pada Yesus secara terbuka. 

Tetapi apa yang terjadi kemudian? Petrus ibarat obor-obor blarak. Bersemangat di awal, tetapi kemudian mbleret (redup). Petrus mengatakan, “Aku akan memberikan nyawaku bagi-Mu!” Dalam kerapuhan manusiawinya, dia tampak “mencla-mencle”, tidak konsisten dengan omongannya. 

Jangankan membela Yesus, ia justru menyangkal Yesus sampai 3 kali. Jangankan memberikan nyawanya, Petrus justru malu mengakui Yesus sebagai gurunya. 

Selain tokoh Petrus, kita juga bisa merenungkan karakter dua tokoh yang lain. Ada murid Yesus yang sangat dikasihi, namun tidak diberitakan namanya, yang bertanya kepada Yesus akan makna ucapan-Nya. Ada Yudas yang tidak mengatakan apa-apa, tetapi langsung hilang dalam kegelapan malam.

Masing-masing karakter itu merefleksikan berbagai macam hubungan kita dengan Yesus. Kita bisa mengalami tiga karakter itu. Artinya, ketika saya merefleksikan diri bahwa saya telah begitu dikasihi oleh Tuhan, saya mungkin menemukan bahwa sangat sulit untuk membayangkan akan adanya orang yang menolak kasih Yesus. Saya bisa menyebarkan kasih itu dengan sangat antusias. 

Tetapi saya juga bisa menjadi Petrus, yang secara lantang menyatakan kesetiaan terhadap Yesus sebagai Juru Selamat, bahkan berkomitmen akan memberikan nyawa untuk Yesus. Tapi ketika dihimpit keadaan yang sulit, justru menyangkal telah mengenal Yesus.Tapi saya juga bisa menjadi seperti Yudas yang diam dan menolak kasih Tuhan, lalu hilang dalam kegelapan malam.

Pertanyaan refleksi, apakah Anda merasakan dikasihi Tuhan? Apakah Anda pernah mencla-mencle dalam mengimani Kristus? Dan pernahkah Anda mengalami “diam” dalam kebersamaan lalu langsung “pergi menghilang dalam kegelapan” tanpa pamit alias muntaber (mundur tanpa berita)?  

Sejak kemarin sore kami para imam yang berkarya di KAS mengadakan rekoleksi pembaruan janji imamat secara online. Dan pada sore nanti jam 18.00 kami akan memperbarui janji imamat kami dalam Ekaristi. Misa Krisma dan Pembaruan Janji Imamat: Selasa, 30 Maret 2021 pukul 18.00 WIB dengan link

https://youtu.be/Hy8zLctH0XY 

Mohon doanya agar kami dapat menjadi imam yang setia, gembira, peduli dan cinta dalam panggilan imamat serta pelayanan kepada umat.

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bumi Mertoyudan. # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here