Minggu, 7 Agustus 2022
Bacaan Injil: Luk 12:32-48
Saudari/a ku ytk.,
DALAM hidup kita sehari-hari kadang kala diwarnai kegiatan menunggu atau menanti. Di tengah pandemi Covid-19, misalnya, saat menjalani swab test, seseorang menunggu hasilnya dengan harap-harap cemas. Hasilnya negatif atau positif. Dalam proses menunggu itu, orang sering berdoa.
Tak jarang orang menganggap bahwa menunggu atau menanti adalah salah satu pekerjaan yang membosankan. Apalagi orang yang ditunggu tidak jelas kapan datangnya.
Satu jam serasa satu hari, sehari serasa seminggu, dst. Namun demikian kita tetap disuruh harus menunggu/menanti. Bagaimana sikap kita dalam menunggu itu seharusnya?
Dalam injil hari ini Tuhan Yesus memberikan ajaran bagaimana sikap orang beriman dalam menunggu. Diungkapkan, “Hendaklah kamu sama seperti orang-orang yang menanti-nantikan tuannya yang pulang dari perkawinan, supaya jika ia datang dan mengetok pintu, segera dibuka pintu baginya.”
Di sini kita dituntut harus berjaga-jaga dengan setia. Yang dimaksudkan berjaga-jaga di sini adalah sikap aktif, siap siaga, dan setia supaya tidak kecolongan.
Setia merupakan kata yang sering kita dengar, mudah diucapkan dan membutuhkan perjuangan untuk menghayatinya. Secara sederhana setia berarti mau dan siap melakukan apa yang telah menjadi tanggung jawab yang telah diterima atau melakukan apa yang sudah diikrarkan dengan komitmen.
Makna setia di sini adalah menunjukkan sikap konsisten. Keberhasilan dan kebahagiaan kita dalam mencapai sesuatu tampak dari seberapa besar kekonsistenan dan ketekunan kita.
Tuhan Yesus ingin kita bersikap setia dalam hidup sehari-hari. Dikatakan tadi, “Setia memakai ikat pinggang dan menyalakan pelita.” Ikat pinggang adalah sarana bagi kita agar pakaian kita dapat kokoh melekat di tubuh. Sedangkan pelita adalah sarana penuntun agar kita dapat melewati kegelapan jalan.
Bersikap setia itu memang mulia dan dibutuhkan suatu perjuangan agar mampu bertahan dalam menjalaninya. Setia pada siapa atau apa? Setia beriman pada Tuhan, setia pada janji baptis, setia pada janji nikah, setia pada janji imamat, setia pada kaul, setia pada tugas perutusan dari pimpinan, dsb.
Pertanyaan refleksinya, bagaimana situasi batin Anda akhir-akhir ini? Adakah sesuatu atau seseorang yang sedang Anda tunggu? Semoga penantian Anda segera berakhir.
Berkah Dalem dan Salam Teplok dari BuJang Semar (Bumi Jangli Semarang).# Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)