Percik Firman: Sukacita Kelahiran

0
1,233 views
Ilustrasi by Domenico Ghirlandaio.

Sabtu, 24 Juni 2017: HR Kelahiran St. Yohanes Pembaptis

Bacaan :Luk 1: 57-66.80

“Genaplah bulannya bagi Elisabet untuk bersalin dan iapun melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika tetangga-tetangganya serta sanak saudaranya mendengar, bahwa Tuhan telah menunjukkan rahmat-Nya yang begitu besar kepadanya, bersukacitalah mereka bersama-sama dengan dia” (Luk 1:57-58)

Saudari/a ku ytk.,

Saya pernah ikut jagong bayi saat ada teman atau umat yang baru saja melahirkan. Kebiasaan jagong bayi ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung lama di desa saya secara khusus dan masyarakat Jawa pada umumnya. Yang bersukacita atas kelahiran bayi tidak hanya bapak ibunya, tapi juga keluarga besarnya bahkan para tetangga dan teman-temannya.

Kelahiran anak sering disambut dengan sukacita. Anak adalah anugerah Tuhan.

Seusai misa minggu, saya sering diminta pasutri untuk mendoakan dan memberkati si isteri/ibu yang sedang hamil dan janin yang sedang dikandungnya. Di akhir doa, saya berkati perut si ibu dengan tanda salib. Lalu saya katakan, “Semoga bayinya lahir turas, metu waras, lahir sehat-lancar”. Ya, suami-isteri dilibatkan Allah dalam karya penciptaan di dunia ini.

Anak merupakan buah kasih suami-isteri dan bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Kelahiran St Yohanes Pembaptis. Tidak pernah Gereja merayakan hari kelahiran orang kudus, kecuali hari kelahiran Yesus Kristus dan Bunda Maria.

Jadi, apa yang istimewa dengan kelahiran Santo Yohanes Pembaptis ini?

Santo Agustinus membandingkan apa yang terjadi dengan Yohanes Pembaptis dan Yesus Kristus. Dia menjelaskan bahwa ibu dari Yohanes adalah tua dan mandul (Luk 1:7) dan ibu dari Yesus Kristus adalah muda dan seorang perawan (Luk 1:27). Ayah Yohanes menjadi bisu dan tidak dapat berkata-kata karena tidak percaya bahwa Yohanes akan terlahir (Luk 1:20), sedangkan perawan Maria mempercayai apa yang dikatakan oleh Tuhan dan mengandung Kristus dalam iman (Luk 1:38).

Disebutkan juga bahwa Yohanes adalah pembatas antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ia adalah garis pembatas, sehingga dia menjadi bagian dari Perjanjian Lama dan pada saat yang bersamaan dia menjadi bagian dari Perjanjian Baru. Orang tuanya merupakan bagian dari PL, namun dalam rahim ibunya dia melonjak kegirangan mewartakan Kristus, tokoh Perjanjian Baru.

Keluarga Zakaria dan Elizabet, yang sudah lanjut usia, menjadi contoh pergulatan manusiawi. Melalui mereka,  kita disadarkan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Mereka yang sudah lanjut usia pun dianugerahi anak. Maka, anak itu diberi nama Yohanes, yang artinya “Tuhan merahimi”. Artinya, bukan sekedar Tuhan mengisi rahim Elisabet yang mandul dan sudah uzur, tetapi Tuhan memberikan kerahiman-Nya kepada umat manusia. Ia berbelaskasih.

Apakah Anda bangga dengan kelahiran Anda? Apakah Anda bangga dengan keluarga Anda?  Mari hari ini secara khusus kita berdoa untuk bapak ibu kita yang telah dipilih Tuhan untuk kelahiran kita di dunia. Oke?

Liburan keliling-keliling berwisata
Kota Jogja tempat indah tiada duanya
Marilah bersyukur atas orangtua kita
Berkat mereka kita bisa hidup di dunia
.

Berkah Dalem. Salam Teplok

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here