Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Renungan Harian Percik Firman: Tidak Mudah Sambat

Percik Firman: Tidak Mudah Sambat

0
116 views

Senin, 15 September 2025

PW St Perawan Maria Berdukacita

Bacaan Injil: Yoh 19:25-27 

Saudari/a ku ytk.,

PADA tanggal 15 September, kita merayakan Peringatan Wajib St. Perawan Maria Berdukacita. Peringatan ini mulai dirayakan tahun 1668. Lalu Paus Pius VII menetapkan perayaan ini dirayakan seluruh Gereja tahun 1814.

Ada cukup banyak pengalaman duka yang dialami Bunda Maria. Pengalaman-pengalaman duka itu membentuknya menjadi pribadi yang kuat, handal, dan tangguh. Dia tidak mudah sambat. Dia tidak cepat reaktif dan tidak mengeluh. 

Ada sapta (7) pengalaman dukacita Bunda Maria yang sangat terkenal dan menginspirasi, yaitu: 

1. Maria menerima Nubuat Simeon bahwa pedang akan menusuk jiwanya

2. Maria sekeluarga mengungsi ke Mesir

3. Maria mencari Yesus yang hilang di Bait Allah

4. Maria bertemu Yesus memanggul salib

5. Maria menyaksikan Yesus wafat disalib

6. Maria memangku jenasah Yesus

7. Maria menyaksikan Yesus dimakamkan 

Dalam bacaan Injil hari ini dikisahkan bagaimana ketangguhan Bunda Maria berada di kaki Salib Yesus putranya (Yoh 19: 25-27). “Dekat salib Yesus, berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maria, istri Kleopas dan Maria Magdalena”. 

Mereka hadir dalam penderitaan sebagai teman-teman berbela rasa dan setia kawan. Ketabahan nyata dalam penampilan mereka dekat salib Yesus. Maria hadir dengan pengertian yang mendalam atas apa yang sedang menimpa Yesus putra satu-satunya. 

Wajah Maria memancarkan wajah seorang ibu yang mengasihi Anaknya dan mengerti perjuangan yang dirintis-Nya selama di dunia ini. Wajah Maria tetap mencerminkan ketangguhan dan kekuatan seorang hamba Tuhan yang pernah berkata, “Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataan-Mu”. 

Dalam keheningan derita di salib, Yesus bersabda kepada Maria dan murid yang dikasihi-Nya. “Ibu, inilah anakmu”. Dan kata Yesus kepada Yohanes, “Inilah ibumu”. 

Dengan kata-kata tersebut, Yesus hendak menyampaikan pesan bahwa Maria diserahi untuk mendampingi murid-murid Yesus (yang diwakili Yohanes) untuk didampingi sebagaimana dulu Yesus didampingi Maria ibu-Nya. 

Maria menjadi ibu jemaat beriman yang mencintai Yesus. Atau dengan kata lain, sabda Yesus di salib adalah sabda penuh kepercayaan, kepercayaan kepada Maria ibu-Nya dan kepada murid-murid-Nya yang akan tetap bersama Maria sebagai ibu yang penuh pengabdian. 

Belajar dari Bunda Maria yang berada di bawah salib Yesus, kita diundang untuk memaknai salib dalam hidup kita. Bunda Maria dengan tekun berada di dekat salib, menatap derita Yesus dengan cinta. Bukan dengan mengeluh. Bukan dengan sambat. Juga bukan dengan protes pada Tuhan. 

Tidak ada alasan bagi murid Yesus di zaman sekarang untuk tidak menapaki jalan yang sama. Jalan yang telah ditempuh Yesus dan Maria guna mewujudkan karya penyelamatan kasih Allah di zaman sekarang. 

Pertanyaan refleksinya, pengalaman duka Bunda Maria yang mana yang menyentuhmu? Pengalaman duka kita yang mana yang membuat Tangguh dan tidak mudah sambatsampai saat ini?

Mari kita belajar ketangguhan dari Bunda Maria. Dia seorang pribadi yang beriman kuat pasrah, tabah dan tegar dalam menghadapi dukacita kehidupan ini.

Berkah Dalem dan Salam teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang)# Y. Gunawan, Pr.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here