Perjalanan Panjang 100 Tahun

1
348 views
Para mahasiswa penerima program bantuan Beasiswa Pemapan dari Yayasan Bhumiksara. (Ist)

Catatan reflektif ini dibuat usai para penerima program bantuan beasiswa Yayasan Bhumiksara di Jakarta melalukan rekoleksi di Civita, Ciputat, Tangsel, beberapa waktu lalu.

————–

BAYANGKAN sebuah perjalanan panjang menanti Anda. Perjalanan tanpa henti yang bahkan menghabiskan seluruh waktu di hidup Anda. Jalan bebatuan atau lembah yang dalam harus dilewati setiap saat. Tidak ada yang akan menyetir kendaraanmu, karena setiap orang bertanggung jawab terhadap roda kemudinya sendiri.

Bagaimana? Menantang atau justru menakutkan?

Ya, kenyataannya, setiap dari kita tengah melakukan perjalanan seumur hidup. Dimulai ketika kita dilahirkan di dunia ini, kemudian dipersiapkan serta dibekali oleh keluarga dan masyarakat hingga dapat melangkah sendiri. Semakin lama, kita semakin mengenal jati diri; apa hal yang disukai, kemampuan yang dapat dikembangkan, atau kepribadian yang menonjol. Semakin dewasa, timbul berbagai macam pertanyaan yang seakan-akan tidak ada habisnya, seperti ke mana tujuan utama kita atau motivasi terbesar apa yang bisa kita bawa.

Ini kata Joseph Campbell: Passion will move men beyond themselves, beyod their shortcomings, beyond their failures”

Tiga hal menjadi perhatian

Saya pun belajar, bahwa dalam mengemban perjalanan tersebut, ada tiga hal yang harus disadari.

Pertama, kita harus mau menggali lebih dalam diri kita sendiri. Melakukan pencarian dan penetapan diri tidak selamanya harus dalam hal positif, kadang kita pun harus mengetahui sisi negatif dan kelemahan yang dimiliki. Tak hanya sekedar sifat atau hobi, lebih dari itu kita harus mampu menemukan passion terpendam, baik dalam bidang karir, pendidikan, sosial, personal atau Gereja.

Bukan hanya tentang “apa”, tetapi juga “bagaimana” dan “mengapa” saya mampu mewujudkan aktualisasi diri dalam tujuan dan keinginan tersebut. Tanpa mengenal siapa diri kita sesungguhnya, perjalanan yang ditempuh hanya akan berputar-putar di tempat yang sama dan tidak akan sampai pada tujuan. Jangankan sampai, bagaimana caranya kita berhasil mencapai garis akhir jika kita tidak tahu di mana letaknya?

Passion menjadi sesuatu yang membuat kita dapat menikmati setiap detik perjalanan tanpa harus mengeluh, melemparkan kesalahan pada orang lain dan menyalahkan takdir. Passion menjadi sumber energi terbesar yang akan memberikan motivasi dan semangat tiada henti meskipun kita sudah lelah dan bosan.

Passion lah yang akan menggerakan diri kita untuk bisa menempuh perjalanan panjang dengan penuh ketulusan, sukacita, dan kerendahan hati. Tak ada kata terlambat untuk menemui passion, karena ia selalu sabar untuk ditempa, dikembangkan, dan digali sepanjang hidup.

“God created us to live with passion, to joyfully display his supreme excellence in all spheres of life. The wasted life is the life without this passion.”- John Piper

Kedua, kita harus dapat mempertemukan keinginan kita dengan kehendak Tuhan atas diri kita. Hal ini juga menjadi alasan mengapa setiap dari kita harus memaksimalkan passion yang dipunyai.

Alasannya sederhana, karena Tuhan sudah memberikan berkat dan talenta pada setiap manusia. Dan sebagai ucapan terimakasih atas berkah ini, tak ada salahnya bagi kita untuk dapat menyalurkan dan memperlihatkan passion itu sendiri. Integritas antara kemauan Tuhan dan kemampuan kita ini menjadikan seseorang sebagai seseorang yang benar-benar hidup.

Di satu sisi manusia bisa berkarya dengan bebas, saya dan Anda dapat melalang buana melakukan perjalanan ke tujuan yang berbeda-beda. Di sisi lain, semakin ia menemukan passion, semakin ia mendekatkan diri dengan Tuhan kembali. Tentunya kita pun menghendaki sebuah perjalanan hidup yang tak hanya membuat kita semakin mengenal diri sendiri, tetapi juga mengenal arah tujuan yang diinginkan Tuhan atas hidup.

Hal ini dapat kita lihat bukan saja dari para tokoh suci seperti St. Bunda Teresa dari Kolkata, tetapi juga dari orang-orang di zaman sekarang yang betul-betul mempersembahkan passion pada Tuhan, seperti Suster Cristina Scuccia yang memenangkan ajang The Voice Italia.

Seorang penyanyi, pelukis, penari, pemain olahraga, pendidik dan penulis juga memiliki kesempatan yang sama. Mereka yang telah menemukan passion secara tak sadar telah membangun dialog dengan Tuhan untuk tetap dapat menghasilkan karya dan kreasi tiada batas. Jika Tuhan saja bersungguh-sungguh dalam memilih dan menempatkan bakat kepada setiap manusia, mengapa kita tidak juga serius mengolah apa yang kita miliki dari-Nya?

“Whatever youre doing, give it all you got, share your passion, excitement and enthusiasm and let your vibe and energy become an inspiration to others”- Ricardo Housham

 Ketiga, setelah mengetahui passion yang dimiliki dan kehendak Tuhan yang diinginkan, terbukalah kesempatan bagi kita untuk mampu membagikan apa yang dimiliki kepada orang lain. Semangat melayani dan berbagi menjadi fondasi yang kuat bagi kita untuk dapat membuat berkat yang kita punya menjadi berkah pula bagi sesama. Sehingga apa yang kita perjuangkan bukan lagi hidup kita saja, tetapi juga hidup orang lain.

“Jika hidup bisa dituangkan, tuangkanlah”. Jika di tengah perjalanan hidup untuk mencapai tujuan Anda dapat menolong orang lain, tolonglah. Sama seperti analogi perjalanan hidup, tak ada salahnya jika di tengah perjalanan untuk mencapai tujuan sesekali kita menyapa orang lain melalui kaca mobil. Tak ada salahnya pula jika kita berhenti sejenak dan memberikan bantuan pada pengemudi yang kendaraannya bermasalah. Bagikan semangat passion pada orang-orang yang memiliki kegemaran yang sama dan sisihkan hasil kerja keras passion Anda pada mereka yang kekurangan.

Selain berbagi pada orang lain, kita juga dapat belajar dari orang lain. Setiap orang memiliki kisah yang berbeda. Dalam perjalanan, cerita dari sahabat yang tengah mengalami kesulitan atau seorang pengemis yang kita temui dapat menjadi inspirasi. Saya tengah mencoba untuk turut berempati pada perjuangan teman-teman lain. Karena ketika kita mencoba untuk mendengarkan, kita dapat ikut merasakan perjalanan yang mungkin tidak pernah kita tempuh. Ingat! Tuhan tidak meletakan Anda pada jalan yang sepi, tetapi selalu ada pengemudi lain.

Saya sendiri tengah berusaha mencapai ketiga hal tersebut.

Menyeimbangkannya tidak mudah, apalagi dengan adanya tuntutan duniawi yang kadang mengharuskan saya menyukai apa yang dilakukan, bukan melakukan apa yang saya sukai. Panggilan atau tuntutan hidup menjadi dua hal yang harus dipertimbangkan.

Tidak apa-apa, jangan takut atau ragu. Karena semua orang juga sedang berjuang, semua orang pada akhirnya akan menemui alasan mengapa ia dilahirkan di dunia ini. Ya, karena kita berada pada perjalanan 100 tahun yang sama, hanya saja berbeda tujuan, berbeda arah.

 

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here