Pernak-pernik SAGKI 2015: Saatnya Uskup dan Umat Ngumpul Bareng Santai

0
884 views

LAMA sekali pernah ada jarak lebar dalam komunikasi antara Uskup, pastor dan umatnya. Jarang Uskup bisa bicara santai, penuh canda, muka riang, duduk bersama pastor dan umatnya. Jarang pula, Uskup bisa duduk ngobrol aneka macam pembicaraan dengan umatnya.

Namun di SAGKI ke-4 yang berlangsung 2-6 November 2015, Uskup-pastor-umat bisa duduk bersama di satu meja, ngobrol ngalor ngidul santai, tanpa beban, dan rileks. Inilah atmosfer suasana rileks dan akrab yang terbangun dalam SAGKI.

Waktu makan adalah saat tepat untuk melakukan ‘kumpul bareng’ tersebut.

Kumpul bareng sama Uskup
Uskup Diosis Manokwari-Sorong (Papua) Mgr. Hilarioun Datus Lega selalu ‘nyempal’ aturan. Jarang beliau ikut makan bersama di ruang khusus untuk para Uskup. Beliau lebih senang membaur duduk bareng bersama para peserta kontingen dari 37 keuskupan di seluruh Indonesia. Dengan pembawaan yang serba rileks dan santai, beliau senantiasa duduk di antara kerumunan umat.

Pun pula Mgr. John Philip Saklil dari Diosis Timika, Papua. Dengan gayanya yang sangat luwes dan pandai bercerita kisah-kisah lucu di Papua, Uskup ini selalu duduk membaur bersama umat. Ia banyak diajak bercerita oleh kerumunan orang yang mengelilinginya. Bersama tim dokumentasi SAGKI 2015, Mgr. Sakli bahkan meladeni ngobrol santai hingga ujung dinihari.

Mgr. Boddeng Timang dari Keuskupan Banjarmasin juga paling suka ‘menyelinap’ duduk di antara kerumunan umat. Uskup berdarah Toraja yang pernah menjadi Rektor Seminari Tinggi Anging Mamiri di Yogyakarta ini sekilas tidak tampak sebagai Uskup. Dengan perawakan ramping dan berpembawaan kalem, beliau nyaris tak terlihat sebagai Uskup bilamana ada di tengah kerumunan umat peserta SAGKI yang tengan makan bersama.

Lain lagi dengan Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus. Dengan tampilan rambut yang super ‘ramai’ karena di antara rambut hitam ada sebagian yang dibiarkan ‘memutih’, Mgr. Agus barangkali Uskup Indonesia yang paling gesit menyaru dan duduk bersama dengan umat. Keramahannya menyapa umat dari berbagai kontingen keuskupan dari seluruh Indonesia membuat umat tidak merasa rikuh bergaul bergurau bersama Uskupnya.

Pastor-pastor pun demikian.

Kali ini, nyaris tidak ada ‘jurang’ komunikasi antara pastor dan umat. Di arena ruang makan yang luas, umat dan pastor duduk bareng. Saling kenal dan saling menyapa.

Kalau dibilang sebagai forum ajang saling kenal antar keluarga-keluarga yang menjadi utusan setiap keuskupan, maka SAGKI ke-4 tahun 2015 inilah contoh paling baik dimana setiap orang disapa dengan akrab dan hangat satu sama lainnya. Termasuk oleh para Bapak Uskup yang rela ‘turun gunung’ menyapa umatnya dan naik panggung bersama anggota kontingennya.

Kredit foto: Ilustrasi (Steve Elu/Majalah Hidup)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here