KETIKA panggung bangsa ini dikotori oleh perilaku intoleran dan radikal, maka kita butuh simbol kuat yang menyejukkan dan mempersatukan. Itulah yang dilakukan oleh orang-orang muda lintas agama pada hari Senin, 9 Juli 2018 lalu di Reo, Flores Barat, NTT.
Ribuan orang muda bersama umat berkeliling mengarak Kitab Suci Katolik dan Islam mengelilingi kota kecil Reo, sebuah pelabuhan laut wilayah utara Manggarai yang masyarakatnya majemuk.
Pesan perdamaian
KS dari dua agama besar itu diarak ke penjuru kota dan mengambil stasi perhentian di mesjid, Gereja Katolik dan Gereja Kristen. Dalam tiap rumah ibadat orang-orang muda diajak untuk merenung dan meresapkan pesan Firman Allah yang penuh kekuatan dan kedamaian.
Hal ini sangatlah penting, sebab sering kali kelompok radikal dengan sengaja telah memanipulasi ajaran Kitab Suci yang mulia untuk melegitimasi aksi barbar terorisme mereka.
Imam Mesjid Reo Ahmad Ismail mengatakan, Islam adalah agama damai dan Alquran mengajarkan kesejukan dan perdamaian.
“Hari ini menjadi berkah bagi kami, karena peziarah kaum muda mengunjungi kami dengan pesan kerukunan dan persaudaraan,” ungkapnya dalam kotbah.
Pesan perdamaian, kasih, kebenaran, toleransi dan solidaritas yang menjadi inti Firman Allah dalam Alkitab dan Alquran jangan hanya tertera dalam buku suci,atau hanya dikotbahkan dalam rumah ibadah, tetapi harus dikumandangkan dengan lantang dalam masyarakat.
Itulah yang menjadi makna kirab Kitab Suci ini.
Menurut Vikep Reo Romo Herman Ando, perarakan Alkitab dan Alquran ingin menggugah kesadaran umat tentang pesan toleransi sekaligus agar pesan itu digemakan di lorong-lorong kehidupan masyarakat. Pesan sejuk dan damai Kitab Suci harus dilantangkan dalam kehidupan masyarakat.
Hal ini diapresiasi secara istimewa oleh Bupati Manggarai Dr. Kamelus Deno.
Ia bersyukur dan sekaligus bangga dengan kegiatan mulia ini. “Pesan perdamaian ini terbit dari timur, dari Reo, Manggarai Raya Flores. Bukan dari Jakarta, dari pusat, tetapi dari pinggir membahana pesan perdamaian,” ujarnya.
Persekutuan inklusif
Kirab Kitab Suci ini adalah bagian dari rangkaian kegiatan camping rohani dan dialog lintas agama orang muda mulai 8-10 Juli 2018. Selama tiga hari, orang-orang muda Katolik dari 17 paroki Kevikepan Reo dan remaja mesjid serta pemuda kristen dari wilayah Reo berkumpul dalam dialog dan persaudaraan.
Program ini dikoordinasi oleh Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng di Kevikepan Reo untuk mengisi fokus pastoral Tahun Persekutuan 2018.
Persekutuan yang ingin dibangun bersifat inklusif. Bukan hanya persekutuan ke dalam umat Katolik, tetapi juga persaudaraan dan toleransi dengan penganut agama lain.
Dalam sambutannya pada perayaan puncak 10 Juli 2018, Administrator Apostolik Keuskupan Ruteng Mgr. Silvester San mengapresiasi kegiatan ini.
Menurut dia, hal itu sungguh menjadi contoh nyata dialog kehidupan. “Lebih-lebih dalam situasi bangsa dewasa ini, kita harus lebih lantang dan giat menyuarakan pesan toleransi dan perdamaian dalsm kehidupan bsngsa yang ber-’Bhinneka Tunggal Ika,” ujarnya penuh pengharapan.