Pewarisan Wahyu

0
114 views
Ilustrasi - Perwahyuan Allah terjadi dalam peristiwa inkarnasi Yesus. (Ist)

BICARA mengenai wahyu, tentu kita semua tertuju pada peristiwa inkarnasi Yesus Kristus ke dunia ini.

Istilah “wahyu” menurut ajaran Gereja Katolik merujuk pada pengungkapan iman atau kebenaran ilahi dari Allah melalui sabda-Nya (Kitab Suci atau para nabi dan para rasul). Sehingga dapat dikatakan bahwa wahyu itu menjadi cara Allah untuk berbicara kepada kita umat-Nya dalam mengungkapkan rencana-Nya.

Kristus menjadi jaminan bahwa peristiwa wahyu bukan sekadar ilham yang turun dari atas, namun dalam Kristuslah ada makna “perjumpaan” antara Allah dengan manusia, seperti halnya dalam Kitab suci: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh.3:16).

Wahyu dalam pengertian Konsili Vatikan II, khususnya dalam Dei Verbum artikel 2:

“Maka dengan Wahyu itu Allah yang tidak kelihatan dari kelimpahan cinta kasih-Nya menyapa manusia sebagai sahabat-sahabat-Nya, dan bergaul dengan mereka, untuk mengundang mereka ke dalam persekutuan dengan diri-Nya dna menyambut mereka di dalamnya.”

Kutipan tersebut mengungkapkan bahwa wahyu merupakan perjumpaan aktual yang melibatkan hidup aktual kita dengan hidup Allah yang tak terlihat; kita bertemu dengan Allah Yang Serba Lain (Transenden) yang sebenarnya Allah itu menyapa, bergaul, dan mengundang kita untuk masuk dalam persekutuan.

Mengapa perwahyuan?

Sebenarnya mengapa ada pewahyuan itu?

Pewahyuan dibutuhkan karena pengetahuan manusia terbatas, namun lebih dari itu, yang utama adalah karena Allah dalam kebaikan-Nya yang tidak terbatas sudah mengarahkan manusia pada yang supranatural.

Hal ini menunjukkan bahwa Allah sendiri memiliki inisiatif agar manusia dapat ikut ambil bagian dalam kebaikan Allah tersebut.

Dua bentuk wahyu

Katekismus Gereja Katolik memaparkan dua bentuk wahyu, yaitu Wahyu umum dan wahyu khusus.

  • Wahyu umum terungkap dalam alam semesta serta dalam hati manusia “Kehendak Allah untuk menyatakan diri-Nya sendiri dan untuk membuat manusia bersekutu dengan-Nya, berkaitan dengan kemampuan manusia untuk menerima wahyu ilahi” (KGK 51).
  • Wahyu khusus terungkap dalam peristiwa sejarah yang dituliskan dalam Kitab Suci. “Allah memilih beberapa orang tertentu yang diutus-Nya untuk menyampaikan wahyu ilahi, mereka adalah para nabi dalam Perjanjian Lama dan Yesus dalam perjanjian Baru.” (KGK 53) .

Isi dari Kitab suci itu sendiri diilhami oleh Roh Kudus dan merupakan karya bersama antara Allah dengan para penulis-Nya. Sekalipun Kitab Suci terbakar atau rusak (secara fisik), namun sabda Allah tidak akan hilang ataupun lenyap, sebab sabda Allah itu abadi.

Selain dari Kitab Suci, Gereja katolik juga mengimani wahyu melalui tradisi Gereja yang ada serta dari otoritas ajaran Gereja.

Kitab Suci dan tradisi memiliki hubungan yang erat sebab keduanya mengalir dari sumber ilahi yang sama (KGK 80). Inkarnasi Yesus Kristus menjadi bukti nyata sejarah dalam pewahyuan ilahi Allah kepada umat-Nya.

Secara singkat dapat dikatakan bahwa Peristiwa Inkarnasi merupakan salah satu bentuk wahyu khusus yang mana melibatkan peristiwa sejarah secara konkret dengan mencangkup peristiwa kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus.

Katekismus Gereja Katolik membantu kita untuk memahami pewahyuan itu melalui peristiwa Sabda Allah menjadi manusia (Inkarnasi Yesus). 

Sumber wahyu

Sumber wahyu adalah Allah sendiri, di mana melalui Kitab Suci, Allah hendak mengungkapkan rencana-Nya dan mengungkapkan diri-Nya kepada umat manusia. Oleh sebab itu, wahyu dapat dikatakan sebagai pengungkapan kebenaran.

Apa maksudnya?

Wahyu mengungkap kebenaran ilahi yang mana tidak hanya memberi pengetahuan namun juga pemahaman mengenai Allah dan kehendak-Nya. Sehingga bagi kita umat-Nya, wahyu membantu kita untuk memberikan jalan atau arahan dalam menemukan kehendak Allah.

Tradisi Gereja mengenai pengalaman iman akan Allah dan pengajaran Yesus menjadi wahyu hidup yang diteruskan dari generasi ke generasi selanjutnya, serta melalui bimbingan dari Roh Kudus.

Wahyu hidup

Inilah yang disebut sebagai Tradisi Gereja sebagai bentuk wahyu hidup. Melalui tradisi inilah umat dibantu dalam memahami serta merealisasikan atau mempraktikkan ajaran-ajaran dari Kitab Suci dan dapat merenungkannya dengan lebih mendalam lagi.

Dalam injil Yohanes wahyu digambarkan dalam inkarnasi Anak Bapa, yaitu “Sabda menjadi Manusia” dalam sejarah, yaitu Yesus Kristus.

Dalam konteks ini, Yesus ingin memperlihatkan Allah yang tidak kelihatan secara langsung (Yoh. 1:18) dan menampakkan cinta-Nya kepada umat manusia (Yoh. 17:22-23).

Pewarisan wahyu itu dari Allah yang mengutus Putera-Nya ke dunia merupakan pewahyuan definitif Allah.

Maksudnya adalah Yesus Kristus merupakan tanda kehadiran Allah yang dapat kita sebut juga sebagai Emmanuel artinya “Allah beserta kita” (Mat. 1:23).

Pewahyuan dari inkarnasi itu diteruskan oleh Yesus kepada para murid-Nya melalui pengajaran-pengajaran sehari-hari, lalu para rasul dan para murid itu mewariskannya pada kaum terpanggil untuk dapat diberikan atau diajarkan pada Gereja itu sendiri.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here