Pijar Vatikan II: Kardinal Baru dan Prospek Bangun Kerjasama Persaudaraan dengan Islam (32E)

0
701 views
Paus Fransiskus dalam Konsistori Kardinal tanggal 5 Oktober 2019. (NCR)

DARI seluruh enam konsistori yang diadakan oleh Paus Fransiskus –atau bahkan seluruh konsistori yang diadakan oleh semua Paus sampai hari ini– harus diakui bahwa konsistori kloter angkatan Kardinal Suharyo inilah sebagai konsistori yang paling jelas menandai kehendak Paus agar Gereja Katolik semakin menjalin kerjasama dengan Islam. 

Berikut ini masih menurut Pastor J. Reese SJ, analis majalah Jesuit America itu:

The pope also made cardinals of archbishops heading archdioceses in Muslim-majority countries where interreligious cooperation is not easy but must be a way of life. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo of Jakarta, Indonesia, and Cristóbal López Romero of Rabat, Morocco, relate to Muslims on a daily basis. For them, dialogue is not an abstract concept but the only way the church can exist in their countries”.

Pendapat Reese ini disetujui juga oleh John Allen, Vatikanista kawakan dari Amerika yang lama tinggal di Roma dan kini menjadi kolumnis majalah Crux Now Amerika.

Di zaman informasi yang semakin cepat ini, sebagian besar penduduk dunia mulai terbuka matanya, bahwa Kristen dan Katolik kini mulai terkalahkan perkembangan jumlah pemeluknya oleh agama Islam.

Dialog dan kerjasama dengan Islam di begitu banyak negara kini tidak lagi menjadi konsep. Di  Asia dan Afrika, rata-rata kelompok Kristen dan Katolik menjadi minoritas.

20 kali kunjungan pastoral negara Muslim

Dialog dan kerjasama dengan Islam adalah realitas sehari-hari. Terkadang kerjasama dengan umat Islam menjadi satu-satunya cara agar Gereja tetap bisa hidup.

Paus Fransiskus sangat menyadari hal ini. Maka sejak tahun pertama ia menjabat Paus, sudah sekitar 20 negara Muslim ia kunjungi.

Kalaupun negara yang ia kunjungi bukan negara Muslim, setidaknya Paus Fransiskus selalu membuat agenda pertemuan dengan para pemimpin agama Islam di negara itu atau mengunjungi tempat-tempat ibadahnya. 

Selama kepemimpinannya, selain ke beberapa negara mayoritas Katolik, Paus Fransiskus juga sudah mengunjungi :

  • Israel, Jordan, dan Palestina (Mei 2014),.
  • Albania (September 2014).
  • Turki (November 2014).
  • Sri Lanka , dan Filipina (Januari 2015).
  • Bosnia dan Herzegovina (Juni 2015),.
  • Kenya, Uganda, dan Afrika Tengah (November 2015).
  • Armenia (Juni 2016).
  • Azerbaijan (Oktober 2016).
  • Mesir (April 2017).
  • Bangladesh (Desember 2017).
  • Uni Emirat Arab (Februari 2019).
  • Maroko (Maret 2019).
  • Bulgaria dan Macedonia (Mei 2019).
  • Mozambique, Madagaskar dan Mauritius (September 2019).

Kunjungan bersejarah

Kunjungan Paus ke Uni Emirat Arab (UEA) adalah kunjungan yang sangat bersejarah.

Inilah kunjungan pertama seorang Paus Katolik di jazirah Arab.

Ketika mendarat di Bandara Kepresidenan Abu Dhabi, Paus Fransiskus disambut langsung Putera Mahkota Pangeran Sheikh Mohamed bin Zayed dan Dr Ahmed el-Tayeb, Imam Besar Universitas Al Azhar.

Hari berikutnya, Paus Fransiskus dan Imam Besar Ahmed el-Tayeb menandatangani A Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together, sebuah dokumen persaudaraan yang bersejarah.

Piagam Abu Dhabi ini akan terus dikawal sebagai agenda persaudaraan demi perdamaian dunia oleh semua kelompok Islam, khususnya Islam Sunni sebagai kelompok Muslim terbesar di dunia termasuk di Indonesia.

Beberapa teman-teman dari GP Ansor NU bahkan pada bulan September 2019 yang laluditerima Paus Fransiskus di lapangan Santo Petrus dan menyatakan dukungan sepenuhnya pada ”Dokumen Persaudaraan Umat Manusia” yang dideklarasikan di Abu Dhabi ini.

Paus Fransiskus dan Imam Besar Ahmed el-Tayeb menandatangani Deklarasi Abu Dhabi, Februari 2019.

Di Abu Dhabi, Paus juga bertemu dengan tokoh-tokoh Islam di Masjid Agung Sheikh Zayed yang sangat indah dan mengadakan kunjungan kenegaraan di Istana Presiden.

Paus tentu saja mengadakan misa dengan umat Katolik di jazirah Arab itu. 180 ribu umat diperkirakan memenuhi misa dengan Paus yang diselenggarakan di Zayed Sports City.

Semangat dialog dan pesan persaudaraan juga diulang Paus dalam kunjungannya ke Maroko pada bulan Maret tahun 2019  ini. Kepada umat Katolik yang minoritas di Maroko, Paus memberikan nasehat yang menguatkan sekaligus peringatan.

Jangan pernah berkecil hati sebagai kelompok minoritas. Garam saja juga sedikit dalam masakan.

Do not be discouraged by being few. But as ‘lamps’ to not lose their ‘light’. The problem is not when we are few in number, but when we are insignificant : salt that has lost the flavour of the Gospel, or lamps that no longer shed light,” kata Paus.

Pernyataan Paus ini diungkapkan dalam pertemuan dengan para imam, biarawan biarawati, dan umat yang memenuhi Katedral Rabbat.

Perhatian Paus Fransiskus yang sangat besar pada semangat dialog dan kerjasama dengan Islam itu tak hanya ditunjukkan dengan banyaknya kunjungan Paus ke komunitas-komunitas Islam dunia selama ini.

Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama (PCID)

Pada konsistori kloter Kardinal Suharyo ini, Paus memberi penghargaan kepada dua tokoh dialog antar agama yaitu Mgr. Miguel Ayuso Guixot, Uskup dari Ordo Combonianum dan Uskup Emeritus Mgr. Michael Fitzgerald, Uskup dari Konggregasi Missionaris Africa (White Father, Padre Bianchi). 

Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama Kardinal Miguel Ayuso Guixot. (CNA)

Mgr. Miguel Ayuso Guixot, 67 tahun, saat ini menjabat sebagai Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Agama (Pontifical Council for Interreligious Dialog, PCID).

Sepanjang karir imamatnya, Mgr. Guixot praktis menghabiskan waktunya dalam pelayanan dialog antar agama. Imam yang kalem dan tenang ini, adalah seorang ahli Islamologi yang handal.

Imam kelahiran Sevilla Spanyol 17 Juni 1952 ini fasih berbahasa Arab, Inggris, Perancis, Italia dan tentu saja bahasa Spanyol bahasa ibunya.

 Ia meraih gelar Licentiat dari Studi Arabi ed Islamistica (PISAI) Roma, pada 1982 dan meraih Doktor Teologi Dogmatik dari Universitas Granada pada tahun 2000.

Anggota Wantimpres KH Yahya Cholil Staquf menyerahkan hasil Munas NU kepada Paus Fransiskus saat berlangsung audiensi umum di Lapangan Santo Petrus Vatikan, akhir September 2019. Tampak di sebelah kiri adalah Uskup Keuskupan Pontianak Mgr. Agustinus Agus yang ikut dalam rombongan Wantimpres dan GP Ansor berkunjung ke Vatikan. (KBRI Vatikan)

Dari tahun 1989 menjadi dosen Islamologia di Khartoum, lalu di Kairo, kemudian mengajar di alma mater-nya Pontificio Istituto di Studi Arabi e d’Islamistica (PISAI) sampai ditunjuk menjadi Sekretaris dan Presiden Komisi Kepausan untuk Dialog Antaragama pada tahun 2012.

Mgr. Guixot aktif mengikuti pertemuan dialog antaragama dengan Islam khususnya, seperti di Sudan, Mesir, Kenya, Etiopia, Mozambique dsb.

Karya dan tulisan-tulisan ilmiahnya tentang Islam dan dialog dengan gereja tersebar di banyak sekali bulletin ilmiah internasional.  

Para pengamat mengatakan, jasa terbesar dari Guixot, sehingga ia dipilih menjadi Presiden Komisi Dialog Antar Agama adalah memperbaiki hubungan kembali dengan dunia Islam yang sempat tersinggung dan marah pada “disastrous talk of Pope Benedict XVI at Regensburg in 2012”.

Selain Mgr. Guixot, Kardinal baru yang diangkat Paus Fransiskus pada kloter konsistori hari ini adalah Mgr. Michael Fitzgerald, Uskup Agung Emeritus.

Seperti Mgr. Guixot, Mgr Fitzgerald juga menjalani sebagian besar karir imamatnya dalam pelayanan dialog anta agama.

Pengangkatan dua Kardinal baru dari departemen dialog antaragama ini memberi tanda jelas bahwa Paus Fransiskus ingin sekali meningkatkan hubungan Gereja Katolik dengan umat beragama lain, khususnya dengan Islam.

Mgr. Fitzgerald yang diangkat Paus bersamaan dengan pengangkatan Mgr. Suharyo kini telah berusia 82 tahun. Jelas, ia tidak menjadi kardinal pemilih seperti Mgr. Suharyo.

Imam dari Konggregasi Missionaris Afrika (White Father) ini lahir di Walsall, Inggris, pada 17 Agustus 1937.

Pada bulan Januari 1987 diangkat jadi Sekretaris Komisi Dialog Antaragama yang kini menjadi Komisi Kepausan untuk Dialog Antaragama.

 Jadi, Mgr. Guixot meneruskan tugas dari Mgr. Fitzgerald.

Pada 23 November 2002, Paus Johanes Paulus II menunjuk Mgr. Fitzgerald sebagai anggota Komisi Kepausan untuk Persatuan Gereja dan tahun 2004 menunjuknya menjadi anggota Komisi Kepausan untuk Kebudayaan.

Pada Februari 2006, Paus Benedictus XVI menunjuknya sebagai Nuntio di Kairo, Mesir. Banyak yang bilang, penunjukan akademisi Mgr. Fitzgerald menjadi diplomat adalah dalih dari Paus Benedictus XVI untuk “membuang” Mgr. Fitzgerald.

Sudah menjadi rahasia umum, Paus Benedictus kurang berkenan dengan gaya dialog yang ditampilkan Departemen Dialog Antaragama di bawah Mgr. Fitzgerald.

Penunjukkan Mgr. Fitzgerald menjadi Kardinal adalah pengakuan Paus Fransiskus untuk menghargai, mengakui kembali sekaligus memulihkan semangat dialog dengan Islam yang selama ini ditekuni Mgr. Fitzgerald.

Saya sendiri beruntung pernah bertemu beberapa kali dengan Mgr.Fitzgerald.

Dulu, ketika saya membuat skripsi tentang Dialog Antaragama di Angelicum, saya sempat beberapa kali bertemu dengan Mgr. Fitzgerald di kantor beliau yang letaknya tidak jauh dari Casa del Clero, dekat pilar lapangan Santo Petrus itu.

Kardinal Michael L. Fitzgerald di tahun 2015 – Courtesy of the Tablet.

Beliau selalu memberi perhatian khusus pada mahasiswa yang datang dari negara yang mayoritas penduduknya Islam dan membuat tulisan tentang hubungan dengan Islam.

Saya banyak mendapat majalah, buletin dan artikel-artikel beliau tentang dialog antaragama. Pandangan-pandangannya pada hemat saya sangat cerdas.

Ketika saya menjemput Bapak Kardinal Darmaatmadja SJ di Casa del Clero, Mgr. Fitzgerald mengenalkan saya dengan Mgr. Michel Sabbah, Patriach Latin Katolik Jerusalem dan Palestina.

Dengan bergurau Mgr. Sabbah mengatakan pada Bapak Kardinal:

“Kalau mau menjadi ahli Islam seperti Pastor Fitzgerald ini, Bapak Kardinal jangan mengirimkan imam-imam Anda ke Roma. Kirim saja ke Palestina. Saya yang akan menanggung mereka. Kalau dikirim ke Roma, pasti hanya akan cuma jadi birokrat seperti Pastor Fitzgerald ini.”

Candaan spontan Patriarch Jerusalem yang sangat mengesankan. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here