Pijar Vatikan II: Misa Abadi Sejuta Umat di HR Corpus Christi untuk Fransiska Harinowo (38A)

0
1,288 views
RIP Ny. Fransiska Huberta Iyangsari Harinowo (ist)

HARI Minggu yang lalu 14 Juni 2020, Tuhan memanggil Bbu Fransiska Huberta Iyangsari Harinowo. Hari Rabu 17 Juni 2020, Ibu Siska, begitu isteri tercinta Pak Cyrilus Harinowo itu akrab dipanggil, dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills Karawang. Ibu Siska meninggal karena penyakit jantung pada usia 62 tahun.

Siapa gerangan almarhum Ibu Siska Harinowo?

Mungkin sebagian besar dari kita, kurang atau bahkan tidak mengenalnya. Bu Siska memang bukan selebriti. Bukan pula ibu-ibu sosialita. Ia bukan tipe perempuan yang ke mana-mana nenteng tas Hermes dan ikut arisan berlian.

Ia “hanya” isteri seorang mantan pejabat tinggi BI. Itu pun terjadi, ketika Pak Harinowo, suaminya, menduduki jabatan itu 20 tahun yang lalu di Bank Indonesia.

Generasi millennial sekarang, mana ada yang ingat nama para pejabat negara zaman dulu. Apalagi nama isterinya. Karenanya, nama Ny. Siska Harinowo tidak muncul di YouTube, Google, Instagram, Twitter dan Facebook.

Almarhuman Bu Siska juga tidak pernah “eksis” di medsos kekinian. Update status, bukan hal yang perlu ada  dalam kesehariannya. Ia hanya sosok Ibu pada umumnya: yang banyak diam dan tak perlu diberitakan.

Karena sangat low profile, maka Ibu Siska tidak pernah tampil, apalagi menonjolkan diri. Di mesin pencari Google, kalau anda mengetik nama “Fransiska Huberta Iyangsari”, maka tidak ada satu pun info yang muncul.

Begitu juga kalau anda menulis “Fransiska Harinowo”, maka yang muncul adalah apa-apa saja yang berhubungan dengan Pak Harinowo, suaminya.

Bukan yang berhubungan dengan dirinya. Album lagu Natal dari Puji Syukur yang pernah direkam Maranatha oleh Pak Harinowo dan koornya pada tahun 1999, malah yang muncul pertama di mesin pencari Google. Padahal yang kita ketik adalah nama Fransiska Harinowo.

Bu Siska memang hanya seorang ibu dan perempuan Katolik pada umumnya. Konco wingking yang tidak perlu tampil di depan. Ibu Siska sudah merasa bahagia menjadi influencer di rumah, di antara suami dan anak-anak. Ia sudah merasa cukup menjadi influencer di antara saudara dan sahabat-sahabatnya.

Seorang Siska Harinowo tidak membutuhkan sama sekali status sebagai influencer di medsos dan di kalangan ibu-ibu pejabat. Ia sudah menjadi influencer berkelas di dalam keluarga dan teman-temannya.

Seperti Ibu-Ibu Katolik pada umumnya, Ibu Siska tentu saja rajin berdoa. Rosario menjadi sahabatnya yang setia. Ia tak pernah lalai mengikuti misa hari Minggu, dan mendidik anak-anak secara Katolik; seperti janji yang pernah ia ucapkan pada pernikahannya dulu.

Tentu juga, cintanya pada Gereja dan pada para imamnya, tidak perlu diragukan lagi.

Pemakamannya di San Diego Hills diiringi empat orang imam. Misa-misa requiem sebelumnya dipersembahkan oleh Uskup dan banyak imam dari pelbagai ordo dan konggregasi. Itu sudah menjadi tanda jelas, betapa selama ini Ibu Siska sangat memperhatikan dan mencintai para imam, siapa pun dan apa pun suku dan ordo mereka.

Kotbah para imam pada misa penghIburan dan pemakaman itu menjadi eulogi dan ode pujian untuk almarhumah Ibu Siska.

Imam yang berkotbah pada “malam bunga” penutupan peti, nampak sampai kehabisan kata mengenang kebaikan almarhumah Ibu Siska Harinowo. Keluarga dan para sahabat menangisi kepergiannya, karena tiba-tiba mereka semua kehilangan sosok isteri, ibu, eyang putri, sahabat dan rekan yang hebat.

Ibu Siska Harinowo bukan seorang ibu, wanita, eyang dan sahabat yang biasa-biasa saja. Ia memang luar biasa. Ia memang istimewa. Dalam istilah almarhum Arswendo, ia adalah ibu dan isteri yang “dahsyat”. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here