‘Paulus’ yang dimaksud adalah salah satu pembicara, Bapak A. Adji Watono, seorang pengusaha marketing dan advertising yang memiliki sembilan perusahaan.
Pak Adji mengkisahkan pengalaman suksesnya dari kere menjadi kaya, dari zero menjadi hero, mengembangkan bisnis. Menurutnya salah satu kunci keberhasilan dalam bisnis adalah: diferensiasi, membuat sesuatu yang berbeda dengan yang lain.
“Diferensiasi musti memperhatikan kebutuhan, keinginan dan harapan customer,” ujarnya.
Dibutuhkan juga disiplin, komitmen dan semangat terus menerus untuk mendengarkan dan mengusahakan agar apa yang dihasilkan selalu mencari yang lebih baik, up to date, menyesuaikan dengan perkembangan di lingkungan sekitar.
Pak Adji merujuk upaya pembaharuan itu dari semangat Aggiornamento, berarti penyesuaian, yang menjadi istilah kunci yang dipopulerkan oleh Paus Yohanes XXIII ketika mengawali diskusi menuju Konsili Vatikan II.
“Meskipun saya jarang ke gereja dan berderma pun terkadang agak pelit — lha wong saya jarang ke gereja, bagamana bisa kasih sumbangan ke gereja, saya tetap berusaha menjalankan bisnis saya dengan jujur dan tidak korupsi, dan segala yang saya peroleh saya kembalikan untuk menyumbang orang lain,” kata pria kelahiran Kudus, Jawa Tengah itu, disambut tawa dari puluhan peserta yang hadir.
Sejalan dengan spiritualitas kristiani itu, pak Adji juga mensyeringkan pentingnya pebisnis memperhatikan tiga prinsip: hopeng, hoki dan hongshui.
Hopeng dalam bahasa modern berarti network, jejaring. Setiap usaha akan lebih mudah dan ringan jika dikerjakan oleh lebih dari satu orang.
Hoki berarti segala untung dan apa yang diperoleh adalah anugerah, pemberian dari Tuhan.
“Karena anugerah dan pemberian, maka itu bukan milik kita dan sesuatu yang harus kita kembalikan kepada yang empunya, Tuhan sendiri,” tegasnya.
Sedangkan hongshui berarti perhatian terhadap sekitar kita, lingkungan alam. Bisnis kita harus menjadi berkat bagi sekitarnya.
Pembicara lain dalam seminar yang dimoderatori oleh Romo BS Mardiatmadja, SJ, juga menghadirkan penasehat Pukat, Bapak Harry Tjan Silalahi.
Menurut pak Harry Tjan ada setidaknya tiga tahap yang perlu dikerjakan oleh para profesional dan usahawan yang mendasarkan bisnis dalam terang iman katolik.
Pertama, para profesional dan usahawan katolik perlu mengasah kemanusiaan mereka, “mesu salira”, menghaluskan rasa, lewat kegiatan-kegiatan yang menumbuhkan hormat terhadap harkat dan martabat kemanusiaan. Hormat terhadap sesama menjadi kunci berusaha selaras dengan pesan cinta kasih injil.
Kedua, para profesional dan usahawan katolik perlu membangun komunitas dan paguyuban yang hidup. Bersama komunitas mereka terlibat lebih jauh dalam karya-karya dalam gereja dan masyarakat. Mereka tidak hanya terlibat dalam proyek karitatif gereja ketika diminta sumbangan misalnya, tetapi secara aktif turut membangun proyek pemberdayaan masyarakat sehingga kehadiran gereja lewat keterlibatan para umat Allah semakin dirasakan oleh masyarakat. Semboyannya adalah per ecclessiam pro patria, lewat gereja bagi bangsa.
Ketiga, kontribusi bagi gereja dan bangsa tidak harus selalu berupa keterlibatan dalam proyek di masa kini, tetapi juga dalam tataran konseptual pemikiran.
“Hanya lewat tahap itu kita membangun mindset baru. Pukat bukan hanya menjadi perpanjangan hirarki tetapi menjadi something diferrent, sesuatu yang berbeda, yang menegaskan kehadiran dan sumbangan gereja di masyarakat,” tegas pak Harry Tjan.
Seminar didahului dengan perayaan ekaristi dengan konselebrans Romo Roy Djakaria Pr dan Romo Mardi.
Dalam homilinya, Romo Roy yang adalah juga bekas ekonom KAJ, mengajak peserta mengambil inspirasi dari hidup Paulus.
“Paulus adalah juga seorang usahawan penyewaan tenda bersamasaudarinya Priscilla dan juga Aquila. Maka kita bisa memahami konsep Paulus yang melihat perkenalan dengan Tuhan dalam kacamata untung dan rugi. Menurut Paulus yang sebelumnya dikenal sebagai pengejar dan penganiaya murid-murid Yesus ketika bernama Saulus, adalah suatu kerugian bahwa ia tidak berjumpa dengan Tuhan lebih awal.” pungkas Romo Roy.
Tepat sekali ulasannya….terimakasih ya…
Penuh harapan agar PUKAT KAJ dapat melaksanakan Aggiornamento, yang artinya revitalisasi, meng-up to date kan. Mari kita coba renungkan pembahasan Pak Harry Tjan Silalahi dan apa salahnya kita semakin jeli memperhatikan Hopeng, Hokgie dan Hongsui sehingga kehidupan kita juga tambah baik? kemudian setelah itu tetap peningkatkan Spiritualitas sebagai PUKAT dan kemudian mengaktualisasikan nya ?
Terimakasih atas tulisan diatas….
Bagi yang tertarik untuk ikut menjadi anggota PUKAT silahkan menghubungi : pukatkaj@gmail.com
Terimakasih semuanya….
Mengesankan