Puisi: Heran tak Habis Mengerti (1)

0
1,375 views
Ilustrasi bizzare by YouTube

kau bilang kondusivitas toleransi

kuacakacakkacau

ketika berbagai gerakan akar rumput

yang mempertemukan banyak pihak

dalam kegembiraan Persahabatan

kuselenggarakan

demi Persaudaraan

Baca juga:  Catatan tentang Buka Puasa bersama Ibu Shinta Nuriyah Wahid di Pudak Payung Ungaran

 

kau bilang kita kondusif toleran

tapi ketika seorang Bunda Istimewa

hendak Berbuka bersama warga

yang bahkan Duafa nestapa

di halaman rumahku

yang dekat dengan rumahmu

tapi itu kau larang

dengan alasan memancing emosi

melanggar akidah merusak tatanan

padahal aku tulus dalam ikhlas

sekadar menerima mandat

dengan segala rasa Hormat

 

heran tak habis mengerti

kau bilang dadamu sesek

bahkan menangis katamu untuk sebuah Silaturahmi keberagaman

yang Beliau kehendaki dan rancang

dengan suudon kupelintir

bahwa itu mauku semata

akan tetapi kau bungkam

saat dengan angkuh seseorang

bilang bahwa Bundamu

yang bagiku Istimewa

mengacakacakkacaukan aturan

merusak tatanan

bahkan kaulontarkan kalimat

yang tak pantas terucapkan

dengan berapiapi

di kebenaranmu sendiri

di forum Terhormat

dan bahkan

dihadiri banyak tokoh Terhormat

 

dan itu justru membuat dadaku

lebih sesek menangis pilu

sebab kau justru hanya bungkam

sambil ikutikutan menolak

kehadiran Bunda Istimewa

yang berkenan Berbuka bersama

di halaman rumahku

 

kau tolak Bundamu sendiri

dan rencana kehadirannya

dengan bahasamu yang halus

namun beracun tikustikus

padahal pula sudah kita bicara

duduk bersama berdua belas

untuk bagaimana sebaiknya

agar rencana Bunda Istimewa

tetap terlaksana

dengan tiga syaratmu kupenuhi

dan itu telah kusampaikan pula

kepada pihakpihak Terkait

yang juga menerimanya

 

kau bilang kita kondusif toleran

namun kalian keberatan ketika

hendak kukatakan sambil ingin

kukembalikan mandat itu

: maaf Bunda Istimewa

kukembalikan mandat

untuk menerima Kehadiranmu

di halaman rumahku yang Batal

demi kondusivitas dan toleransi :

dan seketika kalian berkata

“Jangan dikatakan seperti itu!”

 

lalu aku harus Bagaimana

ayo bantu aku merumuskannya

jawabku dalam senyum

tapi kalian juga bungkam saja

 

sungguh heran tak habis mengerti

dan biarkanlah keherananku ini

kusimpan dalam Puisi

seraya mencoba mengerti

perasaanmu yang sesungguhnya

semoga kelak berbunga berbuah

tanpa mudarat penuh manfaat

bahkan Berkat

bagi Umat dan Masyarakat

 

namun jika karena Puisi ini

aku harus Mampus

demi kondusivitas dan toleransi

dikeroyok tikustikus peradaban

tuliskanlah Kalimat ini

: inilah korban dan Kurban

kondusivitas dan toleransi :

ya tuliskanlah Kalimat itu

di atas Pusaraku

 

Ibu Pertiwi NKRI, 12.06.2016

 

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here