Pulau Bunga dan Madu

1
395 views
Asterix dan Obelisk by Ist

MEMBACA ulang komik lama, Asterix, saya tertarik pada The Twelve Tasks of Asterix, 12 Tugas Asterix.

Kaisar Romawi, Julius Caesar, tahu bahwa desa kecil di Gallia tak bisa ditaklukkan. Dan selalu mempermalukannya.

Maka, ia mencari cara untuk menaklukkan dengan cara halus, tetapi mematikan.

Tantangan datang ke dusun kecil di Gallia, nama Perancis sekarang. Asterix dan sahabat kecilnya, Obelix, harus menaklukkan 12 tantangan yang dirancang licik oleh Julius Caesar.

Mulai dari lomba lari, lempar lembing, melewati sungai penuh buaya, hingga menemukan ruang di kantor, yang dirancang unik, seperti labirin.

Bagi sang penguasa Romawi menang atas Asterix dan Obelix berarti penalukan seluruh Galia. Bagi Julius Caesar, yang memerintahkan penggunaan kalender matahari di wilayah kekaisarannya, kemenangan adalah keharusan. Harus, nunc aut numquam, sekarang atau tidak sama sekali.

Melewati tantangan dengan mudah, kedua pahlawan Galia, sampai di pulau penuh bunga, madu dan keelokan bagai bidadari.

“Mari, ke sini, tuan-tuan. Kami siap melayani. Bunga selalu semerbak. Madu selalu manis. Lupakan segala. Mari, bersenang-senang,” suara merdu mendayu memabukkan Asterix, si kecil yang selalu membawa ramuan ajaib buatan Dukun Getafix.

“Asterix, Asterix, di mana kau? Aku kesepian. Tiada babi hutan yang dikejar-kejar. Tak kutemukan tentara Romawi untuk kupukuli! Aku kelaparan,” seru Obelix, si gendut, yang tak mau disebut tambun.

Seruan itu menyadarkan pahlawan kecil. Bunga memang selalu mengharumkan. Madu selalu manis. Bujuk rayu menggoda dan memabukkan. Serba nikmat, tetapi menjerat. Hentakan kesadaran, membuat semua buyar.

Cave ne cadas,  hati-hatilah, supaya engkau jangan jatuh.

1 COMMENT

  1. Simplified tale of Asterix.
    Pesan tersiratnya sangat aktual mengingatkan kita semua akan manisnya bujuk rayu yg berkonsekuensi fatal.
    That’s it.
    Thanks, Eko.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here