Puncta 09.09.18. Markus 7:31-37: Effata

0
250 views
Kebenaran by Ist

“BUKALAH Mata Batinmu.” Kisah inspiratif dari Bpk. Kiki Syahnakri ini sangat menyentuh.

Tentara musuh memasuki sebuah desa. Mereka menodai kehormatan seluruh wanita di desa itu, kecuali seorang wanita yang selamat dari penodaan. Ia melawan, membunuh dan kemudian memenggal kepala tentara yang akan menodainya.

Ketika seluruh tentara sudah pergi meninggalkan desa itu, para wanita malang semuanya keluar dengan busana compang-camping, meraung, menangis dan meratap, kecuali satu orang wanita tadi.

Dia keluar dari rumahnya dengan busana rapat dan bersimbah darah sambil menenteng kepala tentara itu dengan tangan kirinya.

Para wanita bertanya, “Bagaimana engkau bisa melakukan hal itu dan selamat dari bencana ini?”

Ia menjawab, “Bagiku hanya ada satu jalan keluar. Berjuang membela diri atau mati dalam menjaga kehormatan.”

Para wanita mengaguminya, namun kemudian rasa was-was merambat dalam benak mereka. Bagaimana nanti jika para suami menyalahkan mereka gara-gara tahu ada contoh wanita pemberani ini.

Mereka kahwatir sang suami akan bertanya, ‘Mengapa kalian tidak membela diri seperti wanita itu, bukankah lebih baik mati dari pada ternoda?’

Kekaguman pun berubah menjadi ketakutan yang memuncak.  Bawah sadar ketakutan para wanita itu seperti mendapat komando.

Mereka beramai-ramai menyerang wanita pemberani itu dan akhirnya membunuhnya.
Ya, membunuh kebenaran agar mereka dapat bertahan hidup dalam aib, dalam kelemahan, dalam fatamorgana bersama.

Beginilah keadaan di negeri kita saat ini, orang-orang yang terlanjur rusak.  Mereka mencela, mengucilkan, menyerang dan bahkan membunuh eksistensi orang-orang yang masih konsisten menegakkan kebenaran, agar kehidupan mereka tetap terlihat berjalan baik.

Walau sesungguhnya penuh aib, dosa, kepalsuan, pengkhianatan, ketidak berdayaan, dan menuju pada kehancuran yang nyata.

Sebelum terlambat, pastikan kita berani berpihak kepada kebenaran.

Yesus menyembuhkan orang bisu dan tuli. Mereka tak mampu mengekspresikan diri. Tak bisa menyuarakan isi hati dan tak bisa mendengarkan kabar baik. Disembuhkan dari sakit itu harapannya bisa menyuarakan kebenaran, menyampaikan kebaikan. Namun sering kita mematikan kebenaran atau menutupi kebenaran dengan kepalsuan.

Kisah di atas adalah kebalikan dari peristiwa Yesus yang menyembuhkan orang bisu dan tuli. Mari kita tidak bisu dan tuli terhadap ketidak-adilan di sekitar kita.

Mari kita suarakan kebenaran. Jalan jalan ke Pasar Baru. Membeli baju seribu tiga. Jangan kita tuli dan bisu. Melihat ketidakadilan di sekitar kita. Berkah Dalem.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here