Puncta 13.12.20: Tidak Ada Dusta di Hati

0
251 views
Ilustrasi: Jujur. (Ist)

Minggu Advent III: Yohanes 1:6-8.19-28

PUNTADEWA adalah sulung Pandawa yang jujur. Ia tidak pernah melakukan kebohongan sedikit pun. Darahnya berwarna putih tanda kesucian hati. Tiada dusta dan kepalsuan di hatinya. Apa yang dikatakan, itulah yang dilakukan.

Demi mencapai kemenangan di medan baratayuda, Kresna melakukan taktik yang disebut “dora cara”, berbohong atau tidak jujur.

Tidak mungkin Pandawa mengalahkan Durna yang adalah gurunya sendiri. Harus dicari cara melemahkan kekuatan Durna, yakni dengan ditipu atau dibohongi.

Ini masalah, karena belum pernah sekali pun Puntadewa itu bohong atau tidak jujur.

Kresna harus membujuk Puntadewa supaya berbohong. “Kula mboten kepingin menang kanthi cara mboten jujur” kata Puntadewa. “Saya tidak ingin menang dengan cara tidak jujur.” Kresna tidak berhasil.

Penasehat Pandawa itu hanya berpesan, “Kalau Durna bertanya siapa yang mati, jawab saja,  gajah (diucapkan lirih) Swatama (diucapkan dengan keras) mati.”

Kresna minta Bima membunuh gajah Swatama milik Malawadenta, anak buah Durna. Kresna minta semua prajurit bersorak-sorak dan berteriak-teriak di medan perang bahwa Swatama mati.

Swatama adalah anak satu-satunya dari Pandita Durna. Mendengar teriakan bergemuruh yang mengatakan Swatama mati, lumpuh daya kekuatan Durna. Ia mengira anaknya mati di peperangan.

Ia bertanya kepada Pandawa, apakah benar Swatama mati. Puntadewa menjawab seperti yang diajarkan Kresna. “Gajah” disebut pelan-lirih, “Swatama mati” disebut dengan keras.

Karena pikiran kacau dan bingung serta sudah tua renta, Durna menyimpulkan anaknya yang mati. Karena sedih tak punya daya kekuatan lagi, ia dengan mudah dikalahkan oleh Trustajumena.

Durna mati oleh berita bohong.

Injil hari ini menampilkan Yohanes Pembaptis yang jujur. Ketika orang banyak bertanya tentang dirinya, Yohanes mengaku dan tidak berdusta, katanya, “Aku bukan Mesias.” 

Kalau saja dia menyebut dirinya Mesias, orang banyak tidak akan protes. Mereka bisa menerima karena cara hidupnya yang suci.

Namun Yohanes mengakui diri dan tidak berdusta. Ia bukan Mesias. Kejujuran dan kerendahan hatinya luar biasa. Ia tidak ambisi mengejar posisi. Kadang orang kalau sudah di atas lupa diri.

Belum lama jadi menteri aja langsung korupsi. Yang dikorupsi jatahnya kaum miskin korban pandemi lagi. Sungguh-sungguh tidak punya hati nurani.

Mari kita belajar dari pribadi Yohanes Pembaptis. Utamakan kejujuran dan kerendahan hati.

Anggrek tumbuh di samping melati

Berbunga cantik menawan hati

Marilah kita hidup jujur dan rendah hati

Teladan luhur dari Yohanes Pemandi

Cawas, hati ceria…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here