Puncta 23.01.19 Markus 3:1-6 Hukum Adat

0
1,564 views
Ilustrasi: Tim Tanggap Campak Distrik Pulau Tiga sedang melakukan pengukuran badan di Kampung Awap yang belum tersentuh pelayanan campak, 21/2 (Fr. Tinus Tarimanik Pr/Keuskupan Agats)

“MENDOAKAN arwah orang meninggal itu baik atau buruk?,” tanya seorang pastor yang akan dihukum secara adat.

Mereka menjawab, “Baik, Pastor.

“Supaya nyaman berdoa di makam, kami membersihkan makam lebih dulu, itu berbuat baik atau berbuat jahat?,” lanjutnya.

Mereka menjawab serentak, “Berbuat baik’.

“Mengapa orang berbuat baik dihukum adat? Sementara orang selingkuh malah dibiarkan saja!”.

Rumah adat itu menjadi riuh rendah orang berdebat satu sama lain. Mereka bingung mau memutuskan. Orang berbuat baik kok dihukum. Kalau tidak dihukum kok melanggar adat. Akhirnya tidak ada kesepahaman. Masalahnya digantung.

Pastor itu mau mengajak umat Katolik merayakan Ekaristi mendoakan arwah semua orang beriman pada bulan November. Karena makam ditumbuhi rumput ilalang dan tak terawat, maka pastor mengajak beberapa umat membersihkan area makam.

Ternyata itu melanggar adat. Barang siapa membersihkan makam bukan saat ada orang meninggal, maka dihukum.

Anggapan masyarakat hal itu akan mendatangkan bencana.

Akhirnya pastor tidak jadi dihukum adat. Semestinya iman akan Kristus yang telah mengalahkan kematian menjadi pedoman. Yang berkuasa atas mati dan tidaknya seseorang adalah Tuhan, bukan karena melanggar adat.

Mereka beranggapan adat sudah ada sebelum agama Katolik masuk. Adat Yahudi itu juga sudah ada sebelum Yesus datang. Yesus datang untuk menggenapi hukum Taurat.

Bacaan Injil hari ini menceritakan perselisihan Yesus dengan orang Farisi yang taat buta terhadap hukum. Mereka mengumpankan seorang yang mati sebelah tangannya kepada Yesus pada hari Sabat. Mereka ingin mempersalahkan Yesus. Tetapi Yesus mengajak mereka berpikir kritis, “Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat? Menyelamatkan nyawa orang atau membunuh orang?” Orang diajak berpikir kritis terhadap aturan, tidak hanya mengikuti arus, kaya bebek. Yang di depan ke kanan, ikut ke kanan. Kalau ke kiri ikut ke kiri. Terjun ke jurang ya ikut terjun ke jurang tanpa dipikir panjang.

Yesus memilih melanggar aturan hari Sabat daripada membiarkan orang itu tetap dengan sakitnya. Ia menyembuhkan orang sakit itu kendati melanggar aturan adat. Manusia lebih utama daripada aturan.

Yesus jengkel karena kedegilan mereka! Mungkin kita juga seperti mereka, hatinya degil. Hati-hati….

Orang munafik suka berkata-kata. Mulutnya berbuih tak bisa berhenti,
Lebih baik menyelamatkan manusia. Daripada diam takut dicaci maki.

Berkah Dalem,

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here