BULAN Oktober 2011 terjadi gempa yang sangat besar di Jepang. Gempa itu meluluh-lantakkan banyak bangunan. Sesudah gempa, para regu penyelamat menyusuri rumah-rumah yang runtuh.
Regu penyelamat menemukan reruntuhan dan ketika mereka masuk ke rumah, ditemukan seorang wanita tertelungkup dengan tangan seperti memeluk dan melindungi sesuatu. Perempuan itu telah meninggal. Tetapi ketika perempuan itu diangkat, di sela-sela ruang kosong tempat dia menunduk, mereka menemukan seorang bayi laki-laki.
Bayi itu terbaring di bawah sela-sela kosong perempuan itu. Yang sangat mengejutkan, di dalam balutan selimut itu ada HP yang layarnya masih menyala dengan tulisan, “Jika kamu hidup, kamu harus ingat bahwa ibu sayang kamu”
Ibu manakah yag tidak sayang akan anaknya?
Begitu juga Maria sangat mengasihi Putranya. Mendengar omongan banyak orang tentang sepak terjang Yesus yang semakin berani, membuat Maria kawatir. Yesus dituduh bersekutu dengan Beelzebul.
Yesus “melanggar” hukum sabat. Yesus makin dibenci kelompok Farisi karena sering mengkritik mereka. Musuh-musuh Yesus makin banyak. Mereka mengincar dan mengancam untuk membunuhNya. Maria takut keselamatan anaknya terancam. Maria datang ingin berbicara dan mungkin mengajakNya pulang kembali ke Nasaret.
Tetapi seolah-olah jawaban Yesus justru sebuah tamparan bagi Maria. “Siapa ibuKu? Siapa saudara-saudaraKu?”
Kalau kita tidak dipercaya, “dipaido” orang yang kita cintai, piye jal? Sakitnya tuh di sini, di dalam hatiku, itu lagunya Cita Citata.
Jawaban Yesus itu seperti menyakitkan. Namun keterangan berikutnya menjelaskan isi pertanyaanNya sendiri. “Barangsiapa melaksanakan kehendak Allah, dialah saudaraku laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu.” Jadi secara tidak langsung Yesus menunjuk Maria sebagai orang yang melaksanakan kehendak Allah.
Yesus memperluas hubungan saudara, kekeluargaan. Tidak sebatas hanya hubungan darah, tetapi siapapun yang melaksanakan kehendak Allah, dialah saudaraku, dialah ibuku, dialah keluargaku.
Nilai kekerabatan diukur dari aksi melaksanakan kehendak Allah. Siapapun juga yang berbuat baik karena melaksanakan kehendak Allah, mereka adalah saudara kita.
Sakitnya tuh di sini di dalam hatiku
Sakitnya tuh di sini kau menduakan aku
Siapapun yang berbuat baik dalam tingkah laku
Merekalah yang sejatinya yang jadi saudaraku
Berkah Dalem,