Puncta 30.07.20: Nuba Adat

0
288 views
Ilustrasi: Nuba Adat by FB


Matius 13:47-53

ACARA nuba adat di kampung selalu ramai diikuti banyak orang. Seluruh warga kampung turun ke sungai. Bahkan tetangga-tetangga kampung juga ada yang ikut. Riuh rendah suasana memburu ikan di sungai.

Acara misa hari minggu bisa kalah dengan acara nuba. Orang tidak pergi ke gereja, tetapi pergi ke sungai.

Ada yang membawa tombak, bubu, jaring, jala, karung. Ikan-ikan di sungai akan “mabuk” karena racun tuba, yakni akar batang tuba yang ditumbuk beramai-ramai sehingga mengeluarkan racun.

Racun tuba itu dihanyutkan ke sungai sehingga ikan-ikan akan muncul ke permukaan karena pusing.

Orang tinggal menangkap dengan jaring atau jala atau tombak seperti trisula. Ikan-ikan kemudian dipilih. Yang baik, besar dibawa pulang dengan karung. Yang kecil dan buruk dibuang.

Dalam bacaan hari ini, Yesus memberi perumpamaan kepada orang banyak, “Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut, lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan. Setelah penuh, pukat itu ditarik orang ke pantai. Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu, ikan yang baik dikumpulkan di dalam pasu, yang buruk dibuang.”

Pada akhir zaman, Tuhan akan memisahkan orang jahat dari orang benar.

Seperti ikan-ikan yang buruk itu dibuang, demikianlah orang-orang jahat akan dicampakkan ke dalam dapur api. Demikianlah kita akan menghadapi pengadilan terakhir pada akhir zaman.

Tidak ada manusia yang sempurna. Tetapi manusia juga berusaha mencapai kesempurnaan. Bagaimana usaha itu pada akhirnya, Tuhan akan menentukan.

Saya sendiri percaya bahwa kasih Tuhan lebih besar daripada ketidak-sempurnaan kita. Allah adalah kasih. Jika bapa yang jahat saja bisa memberi yang baik untuk anak-anaknya, betapa Bapa kita yang di surga.

Kasih dan pengampunan Allah tidak membuat kita semaunya saja. Kita tetap harus berusaha hidup dengan benar. Hidup yang benar tidak akan merugikan kita. kebenaran akan mendatangkan keselamatan, damai sejahtera, ketentraman, harmoni dalam kebersamaan.

Marilah menjalani hidup kita dengan benar.

Naik turun bukit menyusuri lembah.
Menikmati hamparan hijau sawah.
Menjalani hidup itu tidak mudah.
Berusahalah agar bisa menjadi berkah.

Cawas, nggarap sawah….

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here