Putus Cinta, Jadi Kalap dan Ngawur, Tobat karena Perlakuan Penuh Hormat

0
260 views
Ilustrasi -- Penjara (Ist)

BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.

Rabu, 22 September 2021.

Tema: Makin utuh dicintai.

  • Luk. 9: 1-6.
  • Ezr. 9: 5-9.

DOSA. Ada sisi baik dari dosa yang terlupakan. Memang dari kenikmatan yang semu dan palsu, tindakan dosa hanya menghasilkan penyesalan dan kekalutan dalam hidup.

Dosa hanya melukai hati. Tidak ada buah yang dapat dibanggakan. Bahkan penderitaan batin yang terus-menerus.

Di balik kesadaran akan dosa, sebuah kasih yang mengagumkan dinyatakan. Ezra, nabi Israel, mengungkapkan dengan baik, “Allah kami membuat mata kami bercahaya dan memberikan sedikit kelegaan di dalam perbudakan kami. Kami tidak ditinggalkan Allah kami.” ay 8b, 9a.

“Mo, saya mengalami Allah itu sungguh baik,” kata seorang anak muda.

“Begitulah iman kita,” jawabku menyemangati.

“Saya baru keluar dari lapas setahun ini. Saya baru selesai bimbingan, menyiapkan rencana perkawinan. Saya dan pasangan dibimbing oleh seorang suster biarawati. Dulu, ia kepala sekolah kami,” terangnya bersemangat.

“Mengagumkan. Apa yang kalian alami?”

“Saya menyadari kasih dan kesetiaan Allah yang tak terduga di dalam hidup. Saya dulu pernah hampir nikah dan batal. Pihak calon banyak meminta hal-hal yang di luar kesanggupan. Tapi saya mencoba memenuhi apa pun yang dia minta. Saya mengusahakan. Saya mencintai dia.

Suatu saat saya bertemu sahabat lama di sebuah mal. Akhirnya kami makan bersama. Mungkin karena asyik berbicara dan tak disangka, calon saya melihatnya. Ia memutuskan. Kontak hilang. HP diblokir. Ia menghilang.

Saya kalap. Gelap mata. Hidup tak karuan. Diputus del. Rasa sepi menghantui. Dunia malam menjadi obat penenang. Saya meninggalkan rumah, orangtua dan pekerjaan.

Saya pergi ke kota lain. Saya menjadi kurir obat terlarang. Saya melampiaskan segala kemarahan. Hidup dalam kegelapan dan kenikmatan palsu.

Saya ditangkap dan dipenjara.

Memang pada awalnya, saya sempat dikasari, tetapi akhirnya menjadi sebuah pertemanan, senasib. Saya jadi bulan-bulanan dan disuruh apa saja oleh mereka. Dibuli.

Saya mulai ingat orangtua dan orang-orang yang dekat kepadaku. Saya mulai menyadari imanku. Sejak itu, saya mulai banyak diam berjam-jam dan berdoa di dalam hati.

Saya hanya ingat kata Yesus, ‘dosamu diampuni’. Hanya penyesalan, penderitaan, rasa malu, cela yang kualami saat itu.

Dunia malam, dunia kejahatan membuat rahmat Tuhan mandek.

Tuhan menyadarkan hatiku. Saya dapat melihat, menyadari bahwa gelap mata hanya membuat saya lebih terpuruk dalam hidup.

Saya mengalami dalam diriku penghancuran, penghinaan diri sendiri dan penalaran yang merusak.

Seribu topeng kebaikan yang sebenarnya hanya membenarkan diri, menutupi kekurangan dan kesalahan sendiri. Kekaburan hidup karena cinta diri,” kisahnya yang sedemikian panjang dibeberkan.

Ada sebuah penyesalan yang berkepanjangan. Penderitaan batin yang menyesakkan.

“Namun ada saat Tuhan sendiri yang memulihkan hidup saya. Keyakinan itu saya alami, saat saya mengikuti Perayaan Ekaristi di lapas. Romo dan tim yang datang tidak memandang kami sebagai orang-orang yang hina, pendosa berat.

Saya mulai kembali menitih langkah menuju Tuhan. Dengan penyesalan, saya mulai menyadari, semua ini adalah jalan kembali saya pulang.

Saya mulai membentuk kepercayaan bahwa kebaikkan selalu berasal dari Allah. Hidup akan bertumbuh, jika berjalan bersama Allah. Dan aku kuat hidup di dunia ini, hanya bila berakar pada Tuhan.

Itulah bentuk penyadaran nalar saya. Tuhan memperbaiki hidup saya.

Suatu saat, saya disuruh memandang salib seharian dan menulis apa yang kualami. Sebuah tatapan cinta, kendati penuh derita, karena dosa-dosaku, kelemahan manusiawiku. Egoku.

Sebuah pandangan penuh kasih yang menerima aku apa adanya. Ia mengampuni aku. Merangkulku. Tuhan memberi rahmat kesadaran, harapan, dan kegembiraan. Dan aku dipahami.

Sebuah pandangan yang meneguhkan untuk kembali percaya; berani belajar berserah kepada-Nya.

Itu romo, kelegaan hidup saya saat ini,” pungkasnya bercerita.

“Tuhan menyertai dan memberkatimu,” kataku.

Hidup menjadi indah saat Tuhan menyapa, “Percayalah, hai anak-Ku. Dosamu sudah diampuni ini.” ay 2b

Tuhan, kupercayakan hidupku ini, keluargaku, pada-Mu. Amin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here