Raker Komisi Komsos KWI dan Komsos Keuskupan Indonesia: Memanfaatkan Media untuk Pewartaan (2)

0
1,286 views

SHARING pengalaman ini difasilitasi oleh Romo Noegroho Agoeng, Ketua Komisi Komsos Keuskupan Agung Semarang (KAS)  dan bertindak sebagai moderator sesi ini adalah FX Hendrawinata. Pemanfaatan media dimulai dari kesadaran diri sebagai orang beriman pada Yesus Kristus. Maka, ada kesadaran untuk berwarta. Setiap orang beriman pasti punya tugas pewartaan sekaligus mempertanggungjawabkan apa yang diimani. (Baca:  Raker Komisi Komsos KWI dan Komsos Keuskupan Indonesia: Bijak Gunakan Teknologi Informasi (1)

Komsos KAS hadir tahun 1970an. Pada 2008, Komisi Komsos KAS bukan suatu komisi yang terlalu diperhatikan. Waktu itu, Komsos KAS mencoba hadir dalam acara Unio dan tahbisan. Meski tidak diminta untuk mendokumentasikan, tapi tim melakukannya. Kebetulan, dokumentasi profesional yang diminta tidak jadi. Disitu awal komsos KAS dikenali umat.

KAS mencoba menghadirkan kepada umat apa yang telah dibuat Komsos, karena sebelumnya tidak dikenal. Ada empat macam siaran program radio waktu itu, dan mencoba untuk diperkenalkan.KAS punya 90 paroki dan banyak wilayah, sehingga kondisi finansial terbantu.

KAS mencoba lewat media, untuk menghadirkan Kristus kepada siapa pun. Karena media, bukan hanya umat Katolik yang membaca, umat agama lain juga menjadi konsumen. Acara kuis kitab suci di TV, ada tanggapan positif dan negatif dari umat agama lain. KAS sadar media adalah kebutuhan, dapat menggerakkan massa, semua orang membutuhkan dan menginginkan informasi.

Pada tahun 2008, sulit untuk menemukan kekatolikan di internet. Entah karena keterbatasan sumber daya manusia ataupun referensi yang tersedia di dunia maya. Komsos KAS mencoba berpartisipasi dalam hiruk pikuk media. Kehadiran konten yang dibuat Gereja diharapkan dapat dilihat oleh khalayak umum.

Empat media

Oleh sebab itu, komsos KAS hadir dalam 4 media.

  1. Media pertama: lisan tradisional. Contohnya: homili. Media ini cukup efektif karena pihak umat telah mempersiapkan diri untuk menerima konten dari homili. Sering kali, Komsos KAS menghimbau para imam untuk mempersiapkan penyampaian kotbah dengan baik. Media tradisional lain: musik, teater. Yang memungkinkan kerjasama dengan unit ini adalah menyampaikan pesan injili melalui seni tersebut. Di daerah Kulonprogo, selalu ada festival kesenian. Di Muntilan, ada pentas budaya. Selain mempertunjukkan kepada umat, para pemain juga diajak untuk menghayati peran mereka terhadap iman masing-masing. Media ini menjadi sangat potensial untuk pewartaan iman. Yang datang dapat menyuguhkan update iman mereka.
  2. Media kedua: cetak. Musiman, kadang ada, kadang tidak. Terakhir, Komsos KAS menerbitkan “Salam Damai”. Pada 2010, KAS belum punya majalah rohani. Waktu itu, “Salam Damai” dimiliki kevikepan, dan diajak jadi keuskupan. Mereka setuju. Komsos KAS juga mendukung umat di paroki yang punya majalah, tabloid, dan koran untuk menggunakan media tersebut untuk pewartaan iman. Isinya adalah pengetahuan iman, informasi praktis yang dibutuhkan umat. Kehadiran media cetak memberikan umat apa yang iman mereka butuhkan. Dalam sebuah kesaksian, ada umat yang selalu menantikan selembar koran dari Parokinya untuk tahu informasi di sana.
  3. Media ketiga: elektronik. Dari 4 jadi 6 program, Bahasa Jawa dan dialog interaktif. 5 program setiap minggu, 1 program sebulan sekali. Tidak punya stasiun radio, jadi coba menjaring radio sekitar dengan menyediakan konten. Kevikepan ada yang punya 10 jaringan, ada yang 2, ada yang 7. Diberi kesempatan mengisi di TVRI Jawa Tengah, pemerintah lokal yang tidak membayar. Radio dan TV punya pasar masing. Radio dan TV bisa menjangkau umat dengan luas, pun orang dapat dengan fanatik mengikuti perkembangan siaran. Yang harus mengisi siaran itu jubah. Dulu tidak mengapa, tapi karena banyak nonKatolik yang menonton sehingga harus diganti.
  4. Film panjang sampai 105 menit. Produknya disiarkan di Youtube dan kepingan CD. Ada pula surat gembala.

Komsos KAS mengajak umat untuk mendukung kegiatan. Komsos KAS juga hadir dalam media informatika, ruang yang tidak terbatas dan cocok untuk orang muda. Maka amat sayang bila tidak diberdayakan. Komsos KAS membuat streaming radio dan web. Responnya luar biasa, tapi ada yang negatif. Siaran radio mendapat hack dan akhirnya dihentikan karena tidak ada SDM untuk melawan hacker.

Komsos KAS membuat aplikasi yang berisikan renungan harian, santo-santa. Mulai ada broadcast renungan di BB. Diharapkan tidak menganggu penerima dan membantu memahami bacaan kalender liturgi. Konsumennya pun bukan hanya katolik. Umat dari protestan dan muslim juga meminta renungan.

Aplikasi dinamakan “Doa Katolik” dan renungan dinamakan “Sabda Hidup”. Facebook, twitter, Instagram dipakai secara gratis untuk menjadi sarana menyampaikan pewartaan iman. Setiap media sosial punya segmen masing.

Sebagai komsos, kita punya banyak alternatif media. Baiknya kita memilih media yang pas untuk menyampaikan kabar sukacita dari Yesus Kristus dan melayani kebutuhan iman umat.

Tanya jawab

RP Eko Putranto: Bagaimana kerjasama KAS dengan Puskat?

Jawaban: Hubungannya baik-baik saja. Ada komunikasi, saling mendukung antara apa yang dihasilkan masing-masing lembaga. SJ membuat Puskat. Komsos adalah karya keuskupan.

 RP Herbertus: Bagaimana kerjasama Komsos KAS dengan Komisi Katekese?

Jawaban: Mencoba membangun kerjasama dalam media tradisional, semua bidang di keuskupan. Komsos juga kerjasama dengan komisi kateketik dan keluarga, tahun lalu di kepemudaan.

RD Stefanus Istoto Raharjo: Di Condongcatur, Yogyakarta, media dipakai untuk mempersiapkan calon imam. Bagaimana tanggapan Komsos KAS?

Jawaban: Untuk pelatihan orang muda, komsos tidak membuatnya. Karena kami menyadari keterbatasan kami memberi pelatihan, tapi membuka lowongan magang. Univ. Sanatadarma, ISI, Soegijopranoto, dan Atmajaya. Alasan magang di komsos: karena di sini serius. Intinya, tidak memberi pelatihan, tapi menerima magang. Untuk kaum muda, kami melibatkan banyak dan didukung orang muda. Peserta yang datang saat pengelolaan majalah, banyak orang muda.

RD Yoseph Babey: Jenis serangan seperti apa terhadap siaran radio Komsos KAS?

Jawaban: Macam-macam. Sempat ada 20 serangan untuk siaran. Yang mengherankan, tim tidak tahu persis siapa. Namun, banyak anak SMP yang sekadar iseng untuk menganggu. Selama 3 bulan, ada 6.000 akses dari 19 negara.

RD Inocentius Nahak Berek: Tantangan terberat apa untuk membuat film panjang?

Jawaban: Dana pasti besar. Kami mencoba film yang dibuat bukan untuk konsumsi bioskop, tetapi layar tancap, bisa dibawa keliling ke paroki. Dikatakan juga kepada para kru dalam suatu pembuatan film, dana hanya Rp 50 juta. Ditanyakan kesediaannya, ada 100 pemain, sewa alat, dan ternyata cukup. Dengan berterus terang kepada orang yang terlibat, mereka membantu. Bahkan ada pembuatan film hanya dibutuhkan Rp 100 ribu.

RD Awan Widodo: Bagaimana siaran radio Komsos KAS bisa menggapai varietas segmen dari stasiun radio tersebut? Apakah ada izin khusus untuk streaming radio?

Jawaban: izinnya menyatu dengan radio komersial tersebut. Stasiun punya kewajiban untuk menyiarkan program katolik. Ada yang mendatangi, dan kami mengatakan terima kasih setiap tahun. Tidak pakai izin untuk streaming. Hanya membayar server dan auto DJ dari Kanada. Auto DJ untuk memasukkan data yang dimiliki sehingga 24 jam akan terputar otomatis. Winamp juga bisa untuk streaming.

RD Sekundidus Lopis: Kesulitan kami di bagian naskah, bagaimana mendapat ide dan merancangnya menjadi suatu film yang bagus?

Jawaban: mencoba fokus pada satu pesan pokok. Saya ingin menyampaikan apa atau ingin mempertanyakan apa kepada pemirsa.

Frater Mike Muliat: Apakah minat yang menggerakkan romo untuk setia?

Jawaban: Saya belajar untuk dimana pun saya bertugas. Meskipun saya tidak punya kemampuannya, saya mencoba mengelola dan mengembangkan komsos.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here