Minggu, 28 April 2024
Kis. 9:26-31
Mzm. 22:26b-27,28,30,31-32
1Yoh. 3:18-24
Yoh. 15:1-8.
SETIAP orang pasti punya keinginan dan harapan tertentu dalam hidupnya. Hal paling membahagiakan adalah saat semua harapan itu terwujud menjadi kenyataan.
Lalu bagaimana dari sekian harapan itu ternyata ada beberapa harapan yang telah sekian lama diusahakan dan didoakan dengan sungguh-sungguh namun tak kunjung membuahkan hasil?
Mungkin sampai saat ini kita masih bergelut dengan persoalan, tantangan, masalah-masalah yang belum kunjung selesai juga, bahkan harapan-harapan dan kerinduan yang belum menjadi kenyataan, baik secara pribadi maupun dalam hidup bersama.
Namun itu bukan berarti kita harus putus asa. Sebab bila kita bersandar pada Tuhan dan menyerahkan sepenuhnya kendali hidup kita dalam tangan Tuhan, maka apapun yang kita hadapi, Tuhan akan tetap dan selalu menyatakan pertolongan-Nya kepada kita sesuai dengan kehendak-Nya yang pasti akan membuat kita sukacita dan bahagia.
Berarti apa pun yang menjadi persoalan hidup harus kita serahkan semua ke dalam tangan Tuhan dan Tuhan akan menyatakan pertolongan-Nya. Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya. Jadi bukan waktu kita tetapi waktunya Tuhan.
“Hanya satu yang kurang dari rumah tangga kami, yakni anak,” kata seorang bapak.
“Saya dan isteriku tak pernah berhenti memohon karunia anak dalam kelaurga kecil kami. Tidak terhitung berapa banyak dokter kami kunjungi dan konsultasi serta berobat pada mereka namun semuanya belum memberi apa yang kami rindukan.
Saya dan isteriku sudah siap secara batin, dan juga secara ekonomi kami sudah mapan, maka jika Tuhan menganugerahkan seorang anak bagi kami, akan sempurnalah kebahagiaan kami.
Dalam situasi seperti inilah saya disadarkan bahwa kami ini tidak bisa berbuah dan berbuat apa-apa jika jauh dari Tuhan, jika kami memisahkan diri dari kehendak Tuhan, segalanya akan sia-sia,” papar bapak itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Yesus menegaskan dan menjelaskan bahwa menempel pada pokok anggur bermakna tinggal di dalam kasih Tuhan. Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup bergaul dan menghidupi firman Tuhan. Hidup kita menyerap kasih dan energi dari Tuhan semata.
Pada saat menempel, ranting akan diperlengkapi sedemikian rupa oleh pokoknya hingga mampu berbuah lebat. Ranting yang mampu menghasilkan buah inilah yang layak disebut murid-murid Yesus.
Buah selalu memberi manfaat bagi manusia yang memakannya, bukan bagi rantingnya sendiri. Agar bisa berbuah dan bermanfaat bagi orang lain, kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam Tuhan.
Pengalaman menunjukkan bahwa mengandalkan kekuatan kita sendiri hanya membuat kita memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri kita. Panggilan kita sebagai ranting yang menghasilkan buah adalah untuk bermanfaat bagi orang lain bukan memanfaatkan orang lain.
Ranting yang menempel jika hanya makan untuk tumbuh liar itu bukan ranting dari pokok yang benar melainkan benalu. Benalu menempel dan menyerap sari makanan dari pokok anggur tapi tidak menghasilkan anggur. Benalu ada untuk merusak.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku jadi ranting yang bebruah atau menjadi benalu dalam Gereja Kristus ini?