Refleksi Tahun Iman (1)

0
3,803 views

KATEKISMUS dari Roma dan buku Iman Katolik dari KWI.

Paus Yohanes XXIII dalam pembukaan Konsili Vatikan II tanggal 11 Oktober 1962 memberi arahan umum: “Iman harus berbicara atas cara yang diperbarui, lebih jelas dan menukik – karena dunia berubah begitu cepat – sambil tetap mempertahankan isinya yang tetap, tanpa menyerah atau berkompromi”.

Lalu digelar Konsili Vatikan II dan dihasilkan dokumen-dokumen.

Tanggal 11 Oktober 1992, Vatikan mengeluarkan Katekismus Gereja katolik. Tahun 1991–1993 saya kebetulan berada di Roma, dan saya memiliki Katekismus berbahasa Italia. Pulang ke Indonesia, saya ingat para Uskup KWI tidak mau segera menerima Katekismus itu untuk konteks Indonesia.

Maka Komisi Kateketik KWI diminta untuk menyusun semacam Katekismus untuk Indonesia.

Sebelum Buku Iman Katolik diterbitkan, saya menemani Pater Jan van Paassen MSC ikut rapat di Yogya untuk membahas isi Buku Iman Katolik yang disusun oleh alm. Romo Tom Jacobs SJ. Kami para moralis diminta untuk membaca dan menanggapi draft calon Buku Iman Katolik itu.

Sementara itu di Flores, Katekismus Gereja Katolik dari Roma tetap diterjemahkan oleh P. Herman Embuiru SVD yang disahkan oleh para Uskup Provinsi Gerejani Ende. Dalam edisi yang saya miliki, sudah tertulis pula: … dan diakui oleh Konferensi Waligereja Indonesia.

Mengapa ada dua buku Pegangan Iman Katolik seperti itu di Indonesia?

Mgr. FX Hadisumarta O’Carm, sebagai Ketua Komisi Kateketik KWI waktu itu (tahun 1996), mengutip Katekismus no.24 dalam Prakata untuk Buku Iman Katolik itu, sbb: “Katekismus itu sendiri tidak dapat membuat penyesuaian dalam uraian metode katekis yang dituntut oleh perbedaan dalam kebudayaan serta situasi kemasyarakatan dan gerejawi. Penyesuaian yang mutlak perlu ini merupakan tugas katekismus-katekismus khusus.”

Bedanya dimana?

Katekismus Gereja Katolik mulai dengan Credo atau Pengakuan Iman, lalu Iman yang dirayakan, Iman yang dipraktikkan dan Iman dalam Doa Bapa Kami. Dalam bahasa Inggris untuk renungan harian sepanjang Tahun Iman ini dipakai judul-judul:

  • The Profession of Faith (Pengakuan Iman);
  • The Sacrament of Faith (Sakramen Iman);
  • The Life of Faith (Hidup Iman);
  • Prayer in the Life of Faith (Doa dalam Hidup Iman).

Jadi memakai pendekatan top down (dari atas ke bawah).

Sebaliknya, Buku Iman Katolik mulai dari:

  • Bagian I: Orang katolik adalah orang biasa, yang hidup, mencari nafkah dan mencari makna hidup (bersama dengan manusia pada umumnya);
  • Bagian II Dalam rangka mencari makna hidup, orang katolik mencari Tuhan seperti orang-orang beragama lainnya (bersama dengan orang beragama lainnya);
  • Bagian III. Pencarian akan Tuhan itu ditemukan di dalam diri Yesus Kristus (sudah khas orang-orang kristen). IV. Gereja Katolik dan kegiatannya, dan di sinilah baru dibahas Credo, perayaan sakramen dll, (sudah khusus katolik).

Metode pendekatan yang dipakai adalah bottom up (dari bawah ke atas).

Perbedaan kedua pendekatan itu bisa dimengerti. Roma melihat dunia dari kacamata katolik. KWI melihat umat katolik dari kacamata pluralisme masyarakat Indonesia. Perbedaan pendekatan menghasilkan perbedaan metode penyajian katekese.

Metode adalah cara mencapai tujuan. Tujuannya adalah sama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here