Rekonsiliasi

0
281 views
Hidup Keagamaan Yang Benar Rekonsiliasi - berdamai dengan sesama, by David Boyd.
Renungan Harian
Minggu, 24 Juli 2022
Hari Minggu Biasa XVII
Bacaan I: Kej. 18: 20-32
Bacaan II: Kol. 2: 12-14
Injil: Luk. 11: 1-5
 
BEBERAPA waktu yang lalu, saya diminta untuk memberikan sakramen pengurapan orang sakit, untuk seorang bapak yang sedang dirawat di rumah sakit. Menurut penuturan keluarga, bapak ini sudah beberapa kali menerima sakramen pengurapan orang sakit karena beberapa kali anfal. Pihak keluarga merasa ketika anfal bapak ini akan dipanggil Tuhan namun kenyataannya bapak ini kembali membaik meski tidak dapat dikatakan sembuh. Keluarga mengatakan bahwa semua keluarga sudah ikhlas seandainya bapak memang sudah saatnya untuk “pulang”.
 
Setelah selesai ibadat pengurapan orang sakit, saya sebentar mengajak bicara bapak ini, karena meskipun nampak lemah bapak ini masih bisa berkomunikasi. Bapak ini meminta semua anggota keluarga untuk keluar kamar, karena bapak ini ingin bicara secara pribadi dengan saya. 

“Romo, sesungguhnya saya seharusnya sudah harus “pulang” tetapi saya belum siap. Saya masih punya dendam dengan adik saya dan saya sungguh-sungguh tidak bisa mengampuni dia. Dia sudah menipu saya sehingga  menyebabkan usaha saya bangkrut dan hidup saya menjadi amat susah. Kalau saya saja yang susah tidak menjadi soal tetapi akibat perbuatan dia, istri dan anak-anak saya jadi menderita.
 
Bertahun-tahun kami ini harus pindah rumah kontrakan yang satu ke rumah kontrakan yang lain, belum lagi kami harus mengalami hinaan dari keluarga dan teman-teman. Hati ini amat sakit maka saya tidak bisa mengampuni dia dan saya belum akan tenang kalau dia belum merasakan penderitaan yang kami alami. Untung saja bahwa kemudian usaha yang kami bangun dengan istri bisa berhasil sehingga bisa menghidupi kami semua dengan lebih layak dan anak-anak bisa selesai kuliah. Seandainya tidak mungkin dia sudah saya bunuh,” bapak itu berkisah meski pelan tetapi matanya nanar penuh kemarahan.
 
“Bapak, saya bisa merasakan betapa bapak amat benci dengan adik yang membuat bapak menderita. Dan saya juga bisa merasakan betapa sulitnya untuk melepaskan dendam itu. Tetapi apakah bapak akan membawa terus dendam ini? Bukankah dendam ini membuat bapak amat menderita? Bapak tadi menyampaikan bahwa usaha bapak dengan istri berhasil sehingga keluarga menjadi lebih layak, dan anak-anak bisa selesai kuliah; bapak lihat saja keberhasilan ini. 

Sekian lama bapak dendam dan hanya membuat bapak terbebani, lebih baik bapak menikmati hidup dan keberhasilan keluarga pasti jauh lebih menyenangkan,” kata saya menghibur. 

“Betul juga ya romo, ya sudahlah terserah dengan hidup adik saya, yang penting keluarga saya dan terlebih anak-anak saya sudah mapan. Mungkin hidup saya tinggal menghitung waktu ya romo, lebih baik saya menikmati yang tersisa,” kata bapak itu sambil tersenyum. 

Bapak itu meminta saya untuk mendoakan dia dan semua keluarganya. Maka kami berdoa bersama sebelum saya pamit.
 
Esok hari saya mendapat kabar bahwa bapak itu sudah berpulang. 

“Wah bapak itu pulang dengan sungguh-sungguh damai,” kataku dalam hati.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam injil Lukas, Tuhan mengajarkan untuk berani mengampuni agar aku pun diampuni. “ampunilah dosa kami, sebab kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami.”
 


Sent from Yahoo Mail on Android

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here