Rela Kehilangan, Malah Menemukan Hidup

0
369 views
Santa Elisabeth dari Hungaria yang hari pestanya kita peringati tanggal 17 November (Ist)

Puncta 17.11.23
PW. St. Elisabet dari Hungaria, Biarawati
Lukas 17: 26-37

ELISABET adalah puteri raja di kastil Kerajaan Hungaria. Ia dinikahkan dengan Raja Louis dan hidup dalam kemuliaan. Namun ia tidak silau oleh kemewahan dunia. Hatinya baik kepada rakyat yang miskin dan sengsara.

Waktu Raja Louis wafat karena berperang, Elisabet mengalami cobaan yang berat. Apalagi keluarga istana tidak menyukainya karena jiwa sosialnya. Ia diusir dari istana dan hidup menjadi orang miskin.

Ia justru menemukan kebahagiaannya sebab bisa mempraktikkan semangat St. Fransiskus Asissi yang diidolakannya.

Ia menerima penderitaan sebagaimana ia menerima kebahagiaannya. Ia menghayati nilai-nilai Santo Fransiskus dengan mengikuti teladan orang suci itu. Ia menemukan kebahagiaan dengan melepaskan keningratannya.

Harta warisannya disumbangkan untuk menolong orang-orang sakit dan miskin. Ia mendirikan rumah sakit bagi mereka yang terlantar, miskin dan korban perang.

Yesus memberi contoh bagaimana kita harus menyiapkan datangnya Anak Manusia. Yang pertama dari peristiwa air bah. Nuh mengikuti sabda Tuhan untuk menyiapkan bahtera. Setia pada sabda Tuhan itulah teladan dari Nuh.

Sebaliknya istri Lot tidak mau mendengarkan perintah Tuhan. Ia dilarang menoleh ke belakang karena Tuhan mengirim api belerang untuk menghancurkan Sodom dan Gomora.

Isteri Lot merasa sayang akan harta bendanya yang ditinggalkan. Ia tidak rela meninggalkan hartanya. Ia kehilangan semuanya dan bahkan menjadi tugu garam.

Menghadapi kedatangan Anak Manusia, kita mesti siap siaga. Walau kehidupan kita tetap berjalan seperti biasa; makan-minum, membeli-menjual, menanam dan membangun dan bekerja secara rutin, tetapi kita diminta setia kepada kehendak Tuhan.

Dalam kehidupan hariannya, Nuh tetap bekerja. Tetapi dia juga mendengarkan perintah Tuhan. Walau ia tidak tahu apa yang akan terjadi, namun Nuh setia melaksanakan perintah Tuhan. Akhirnya ia dan seluruh keluarganya selamat.

Seperti Santa Elisabet, ia menerima penderitaan dengan “legawa”. Ditinggal mati suaminya, diusir dari istana, hidup menjadi orang miskin.

Ia tetap percaya pada Tuhan. Ia tetap berbuat baik bagi para penderita, orang miskin. Ia tidak kehilangan kebahagiaanya. Justru ia menemukan Kristus Sang Sumber Hidup Sejati.

Apalah arti memiliki segala-galanya,
Jika jiwanya merana dan hatinya sepi.
Siapa yang rela kehilangan hidupnya,
Ia akan menemukan hidup yang sejati.

Cawas, bahagia itu ketika kita ikhlas memberi
Rm. A. Joko Purwanto Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here