Renungan – Gembala Berbau Domba

0
544 views
Ilustrasi - Gembala Berbau Domba. (Ist)

Renungan Harian
Minggu, 16 Mei 2021
Minggu Paskah VII
Bacaan I: Kis. 1: 15-17.  20a. 20c-26
Bacaan II: 1Yoh. 4: 11-16
Injil: Yoh. 17: 11b-19
 
DI sebuah grup sosial media, seorang teman mengunggah tulisan I Made Supriatma. Tulisan yang amat bagus memberikan kritik terhadap hidup dan pengutusan para imam.

Saya akan mengutip beberapa bagian:

“Saat ini, Gereja juga hidup dalam gelombang revolusi sosial dan kultural yang luar biasa hebat. Dalam politik terjadi revolusi populisme kanan. Dalam ekonomi terjadi penguatan kekuasaan ekonomi (dan politik) orang-orang kaya, yang konsentrasi kekayaannya bertambah terus menerus. Masyarakat manusia juga mengalami tsunami informasi.

Dalam situasi ini, Gereja kehilangan arah. Imam-imam berlomba menjadi spiritualis yang nyaris tidak bisa dibedakan dengan para motivator.

Sebagian lagi berusaha menjadi spiritualis murni, berdoa, bermeditasi, dan menjadi kedamaian dalam hening dan menutup diri dari dunia.

Yang lain berusaha menjadi komedian, bersusah payah menyisipkan ajaran iman di antara gelak tawa yang membuat umat tertawa senang tidak peduli apakah mereka ingat Tuhan dan sesamanya atau tidak.

Ada juga yang memacak diri dengan pakaian-pakaian adat, tampil nyentrik dengan ikat kepala dan kain sehingga susah membedakan antara seorang imam dan dukun.

Ada pula tipe imam yang menjadi politisi, tanpa mengaku sebagai politisi. Mereka menjual kredensial imamatnya untuk memajukan kepentingannya sendiri, menjadi partisan membela yang kaya dan berkuasa.

Apa yang hilang di zaman ini?

Yang hilang adalah imam-imam yang bekerja dari akar rumput, yang menemukan imannya dari bawah. Yang berjuang untuk keadilan semata-mata untuk menjalankan imannya.”
 
Kritik yang amat bagus, mendalam dan konkret. Artinya itulah kenyataan yang dilihat oleh banyak orang dengan kehidupan imam pada masa kini.

Tentu sebagaimana diakui oleh Made Supriatma ada banyak imam yang sungguh-sungguh bekerja di akar rumput.

Bagi saya pribadi, kritik ini menjadi cambuk untuk introspeksi, berekfleksi atas panggilan dan pengutusan yang kuhidupi.

Cambuk untuk berani bergerak dari kemapanan dan dengan kreatif menemukan bentuk-bentuk pelayanan yang sungguh menyentuh pada akar rumput.
 
Sejalan dengan kritik itu, ajakan Sri Paus agar para imam menjadi gembala berbau domba. Imam yang sungguh-sungguh terlibat dalam kecemasan dan harapan umat dan dunia.

Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes: “Aku tidak meminta supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari yang jahat.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah dalam doaku dan ibadatku yang khusyuk dan syahdu aku tetapi peduli dengan dunia sekelilingku yang penuh dengan ketidak adilan, pemiskinan dan penghancuran martabat manusia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here