Renungan Harian 12 September 2020: Lalat Buah

0
647 views
Ilustrasi -- Lalat buah (ist)


Bacaan I: 1Kor. 10: 14-22a
Injil: Luk. 6: 43-49
 
SUATU ketika saya berkunjung ke sebuah keluarga, salah satu umat di paroki di mana saya bertugas. Keluarga itu kami kenal sebagai keluarga yang baik dan dapat menjadi teladan bagi keluarga yang lain.
 
Keluarga dengan dua putera dan puteri itu kami kenal sebagai keluarga yang aktif terlibat dalam kegiatan Gereja. Bapak terlibat dalam kepengurusan dewan pastoral paroki, ibu aktif dalam kegiatan Wanita Katolik dan koor paroki, putera-puteri mereka terlibat dalam kegiatan Orang Muda Katolik dan misdinar.

Hal yang paling menarik bagi saya adalah keluarga itu selalu ke gereja bersama dan selalu duduk dalam satu deret bangku. Mengesankan melihat keluraga itu. Apalagi saat salam damai mereka selalu saling memeluk dan mencium.
 
Ketika saya sampai di rumah mereka, keluarga itu menyambut saya dengan ramah. Saya di terima di ruang keluarga bersama dengan seluruh keluarga. Setelah bersalam-salam dan duduk, ibu menawari saya minum.

“Romo mau minum apa? Teh atau kopi?,” ibu itu bertanya.

“Kopi tanpa gula ibu, terima kasih,” jawab saya.

“Papa, kopi juga ya ma, seperti biasa” kata suaminya.
 
Tak lama berselang, ibu itu membawa dua cangkir minuman, sedang anak perempuannya membantu membawa makan kecil.

“Mari romo, silahkan dicicipi, adanya hanya ini, maaf ya mo.” Kata ibu itu mempersilakan saya.

“Silakan romo,” kata bapak itu mengajak saya minum sembari mengangkat cangkirnya.

Tiba-tiba bapak itu ngomong dengan nada marah: “Mama gimana sih, kenapa kopi papa pahit? Kamu budek ya, kan saya minta seperti biasa? Masak gitu aja gak ngerti, dasar goblok.”
 
Saya amat terkejut, hampir kopi di tangan saya terlepas. Ibu itu mukanya merah, lari ke dalam diikuti anak-anaknya meninggalkan kami berdua. Saya seperti orang yang shocked, diam terpaku.

“Mari romo, silahkan dicicipi,” kata bapak itu seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
 
Dalam perjalanan pulang, saya masih merinding mengingat peristiwa yang baru saja saya alami.

Dalam hati saya bertanya: “Kok bisa ya, orang yang kelihatan begitu baik dan sayang pada keluarga, tiba-tiba dengan spontan mengatakan hal yang demikian kepada isterinya di depan tamu.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan Lukas mengatakan: “Tidak ada pohon baik yang menghasilkan buah yang tidak baik. Dan tidak ada pula pohon tidak baik yang menghasilkan buah baik. Sebab setiap pohon dikenal dari buahnya.”
 
Bapak itu bagi saya adalah pohon yang baik, karena apa yang saya lihat buahnya baik. Bahkan buahnya dapat dibanggakan.

Lalu kenapa peristiwa itu terjadi?
 
Kiranya apa yang terjadi, seperti pengalaman saya beberapa kali membeli buah. Buah yang bagus, menarik, tampak mulus dan baunya harum yang menandakan buah yang masak; akan tetapi ketika dibuka dalamnya busuk banyak ulat.
 
Buah yang demikian menjadi korban lalat buah. Sering ada lubang amat kecil yang hampir tidak terlihat pada buah itu, tetapi lewat lobang yang amat kecil itu lalat buah bertelur dan merusak buah itu.
 
Bagaimana dengan diriku?

Adakah aku sudah terkena lalat buah?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here