Renungan Harian 19 Desember 2020: Berkat

0
480 views
llustrasi: Merokok. (Ist)


Bacaan I: Hak. 13: 2-7. 24-25a
Injil: Luk. 1: 5-25
 
DALAM sebuah pertemuan lingkungan, seorang ibu syering tentang pengalaman imannya. Ibu itu awalnya mengatakan bahwa bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

Saya bertanya apa pengalaman ibu berkaitan dengan hal. Saya khawatir kalau dalam sharing terjebak dengan pernyataan-pernyataan ideal; apalagi yang dikatakan ibu itu seperti sebuah judul lagu.
 
“Romo, awal perkawinan sampai perkawinan kami menginjak usia yang kelima belas, semua menyenangkan dan membahagiakan. Memang ada konflik-konflik kecil, tetapi semua dapat kami selesaikan dengan baik. Keluarga kami diberi rezeki yang lebih dari cukup. Kami punya rumah, punya mobil bisa punya tabungan dan punya tanah sawah di kampung.
 
Petaka muncul ketika kami mau merayakan ulang tahun perkawinan yang kelima belas. Suami saya ditangkap polisi karena kasus narkoba. Romo, dunia seolah-olah runtuh bagi saya. Suami saya yang selama ini selalu baik, tidak aneh-aneh, ternyata dia pemakai.

Saya bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Saya tidak bisa menjelaskan kepada anak-anak saya yang masih kecil.

Romo, kejadian itu membuat kami sungguh-sungguh habis-habisan, untung rumah yang sekarang kami tempati tidak ikut habis.
 
Delapan bulan suami saya dipenjara dan direhabilitasi. Selama itu saya harus banting tulang untuk menghidupi keluarga. Sejak ditangkap suami saya diberhentikan dari kantornya, uang pesangonnya habis untuk pengacara.

Romo setelah keluar dari penjara, suami mencoba mencari kerja tetapi tidak mudah. Saya selalu memberi semangat padanya agar tidak putus asa; dan yang penting jangan pernah memakai lagi.
 
Belum juga dua bulan suami saya bebas dia ditangkap lagi, sekarang lebih berat karena dia ternyata jadi penjual.

Romo, saya sudah tidak tahu harus bagaimana lagi. Saya pasrah, dan saya mengatakan pada diri saya sendiri, bahwa dia harus bertanggungjawab atas perbuatannya.

Dia dipenjara lagi 18 bulan.
 
Selama itu saya setiap hari berdoa Rosario dan novena tiada henti. Satu hal yang saya mohon agar suami saya bertobat dan keluarga kami utuh seperti dulu lagi. Ternyata doa saya belum didengar oleh Tuhan.

Suami saya keluar dari penjara beberapa bulan ditangkap lagi. Hukumannya tambah berat. Rasanya sudah tidak ada harapan. Penjara tidak membuatnya jera dan takut tetapi seperti biasa saja.

Walaupun sudah tidak ada harapan, saya tetap berdoa Rosario dan novena, tetap berharap siapa tahu ada mukjizat sehingga suami saya benar-benar sembuh.
 
Setelah keluar dari penjara, saya jemput untuk pulang ke rumah, dia bilang tidak mau pulang ke rumah tetapi mau masuk ke tempat rehabilitasi.

Dia mengatakan bahwa dia ingin bebas dari narkoba, dia ingin menjadi suami dan bapak yang baik. Waduh rasanya saya seperti mendapatkan hadiah yang amat besar. Suami saya punya kesadaran untuk direhabilitasi.
 
Romo, sekeluarnya dia dari panti rehabilitasi dia sungguh-sungguh menunjukkan sikap yang amat baik. Dia lebih sayang pada keluarga, dia mau berwiraswasta untuk membantu menghidupi keluarga.

Hingga saat ini romo, keluarga saya kembali utuh dan suami saya sungguh-sungguh sudah bersih. Itulah romo, mengapa saya mengatakan bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan st. Lukas apa yang dalam pandangan dan pikiran manusia tidak mungkin, tidak mustahil bagi Tuhan.

“Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku. Sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku berani selalu berharap meski tampaknya mustahil?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here