Renungan Harian 25 Desember 2020: Ini Natal

0
2,880 views
Ilustrasi - Yusuf dan Maria.(Ist)


Hari Raya Natal (Misa Siang)
Bacaan I: Yes. 52: 7-10
Bacaan II: Ibr. 1: 1-6
Injil: Yoh. 1: 1-18
 
BEBERAPA pekan yang lalu, saya mendengar kabar bahwa Romo Romualdus Maryono SJ, kakak kelas saya, dipanggil Tuhan karena terpapar virus covid 19. Ingatan saya menerawang pada banyak peristiwa yang pernah kami lalui bersama.

Salah satu dari sekian banyak yaitu waktu beliau menjalani tahun orientasi kerasulan di Yayasan Kanisius Cabang Surakarta, ketika saya libur pulang ke Solo, beliau menjemput saya ke rumah dan mengajak untuk mengunjungi sekolah-sekolah.

Suatu saat, ketika pulang dari Tuntang (kalau tidak salah) hari itu sudah senja, sampai di Pastoran Purbayan, beliau bertanya pada saya apakah saya sudah berdoa hari itu.

Saya menjawab:

“Belum, nanti saja di rumah.”

“Yuk doa bareng saja, nanti di rumah kamu gak akan berdoa,” kata beliau.

Dan jadilah sore itu kami berdua meditasi satu jam bersama. Dan sejak saat itu setiap sore kami berdoa bersama. Kenangan akan kedalaman rohani yang ditularkan.
 
Dua hari yang lalu pagi hari saya mendapat kabar dari Br. Yunus, bahwa kesehatan Br. Yulianus sahabat kami semakin menurun, sore hari sekitar pukul 16.15 saya mendapat berita dari salah satu teman di Pontianak bahwa Br. Yul (begitu kami biasa memanggil) telah dipanggil Tuhan karena terpapar virus covid 19.

terkejut dan sedih, “Der, belum sempat aku berdoa banyak untukmu, kamu sudah pergi,” kataku dalam hati.

Kenangan akan kebersamaan selama dua tahun di Merauke kembali muncul. Kemiskinan, kesetiaan dan persahabatan yang luar biasa. Kami sering makan bersama kepala ikan yang beliau beli di pasar karena murah.

Kami makan enak, kalau beliau dapat kiriman dari Jawa.
 
Tadi malam, ketika saya menjelang terlelap, saya mendapat berita dari sahabat Bu Eny, bahwa Pak Herman (suaminya) meninggal karena terpapar virus covid 19.

Malam itu segera dikremasi karena protokolnya demikian.

Bu Eny dalam perjalanan ke rumah sakit bersama anaknya hanya untuk melihat dari jauh dan mengantar ke krematorium, tanpa bisa melihat dari dekat apalagi menyentuh atau memberikan ciuman perpisahan.

Saya amat terkejut dengan berita itu dan kenangan akan persahabatan dengan beliau yang cukup lama menar-nari dalam diri saya.
 
Pengalaman kehilangan orang-orang dekat karena terpapar virus covid-19, saya merasa ini seperti efek domino yang mulai rubuh satu persatu.

Dulu saya merasa efek domino ini masih jauh, tetapi sekarang domino-domino yang rubuh semakin dekat. Dalam kesendirian saya berpikir sampai kapan kesedihan ini akan berlangsung?

Atau aku akan mendapat giliran yang rubuh?
 
Natal tahun ini jauh dari gegap gempita, natal tahun ini sunyi bukan hanya sunyi tetapi juga mencemaskan.

Ketika saya di gereja sendiri melihat kandang natal sederhana, gereja tanpa hiasan dan merasakan kesedihan serta kecemasan, tiba-tiba aku disadarkan ini Natal.

Aku membayangkan Bunda Maria dan St. Yosef yang berjalan ke Betlehem dengan sedih dan cemas menantikan  kelahiran putranya sementara sulit untuk mendapatkan penginapan.
 
Ini natal kataku dalam hati.

Dalam suasana inilah Allah menjelma menjadi manusia untuk menemani manusia yang cemas dan mulai kehilangan harapan.

Dia datang untuk menghapus air mata mereka yang berduka, untuk memberikan daya hidup pada mereka mulai putus asa, untuk memberikan keyakinan bahwa cahaya itu ada dan selalu ada bagi mereka yang mengalami kegelapan.
 
Ini natal kataku dalam hati. Bukan gegap gempita, bukan pula pesta-pesta, tetapi kerelaan menikmati kesunyian, menikmati kesedihan dan kecemasan. Ajakan untuk berani memeluk situasi yang ada dengan gairah penuh harapan.
 
Ini natal kataku dalam hati. Tidak ada kemeriahan tetapi yang ada adalah panggilan untuk ikut serta mewartakan kabar gembira bahwa Tuhan telah hadir, selalu hadir dan tidak pernah meninggalkan umatnya.

Panggilan untuk mewartakan harapan bagi banyak orang.
 
Sebagaimana sabda Tuhan sejauh disampaikan St. Yohanes: “Dalam Dia ada hidup, dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, tetapi kegelapan tidak menguasainya.”
 
Ini Natalku, bagaimana dengan Natalmu?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here