Renungan Harian 5 Agustus 2020: Gresek-gresek

0
473 views
Ilustrasi: Ist
  • Bacaan I: Yer. 31: 1-7
  • Injil: Mat. 15: 21-28

BEBERAPA tahun yang lalu, saya berkunjung ke rumah umat yang berprofesi sebagai pemulung.

Suami-isteri ini bekerja sebagai pemulung. Mereka mempunyai dua orang putra dan putri. Anak pertama perempuan sudah kelas 3 SMU dan yang ke dua laki-laki masih SD kelas 5 (waktu itu).

Suami-isteri itu setiap pagi dengan gerobaknya berkeliling mengumpulkan barang bekas, baik dari kertas, plastik atau pun logam. Sore hari sampai di rumah, mereka akan memilah-milah barang yang sudah mereka dapat dan kemudian dijual ke pengumpul.

Mereka melakukan pekerjaannya itu tiap hari, tidak mengenal libur juga tidak terhalang oleh cuaca. Kecuali Hari Minggu, mereka berangkat memulung, setelah pulang dari Gereja.

Dalam obrolan, mereka mengatakan bahwa mereka selalu bersyukur. “Romo, kami sungguh-sungguh bersyukur, Tuhan selalu mencukupi kebutuhan hidup kami. Apa yang kami dapat tidak pernah lebih, cukup untuk hidup kami hari ini. Kami percaya betul doa berilah kami rezeki pada hari ini.

Ada saatnya anak kami mengatakan besok harus membayar uang sekolah. Awal-awal dulu kami sering gak bisa tidur memikirkan bagaimana mendapatkan uang untuk bayar sekolah tetapi dalam perjalanan waktu kami tahu Tuhan selalu mencukupkan.

Jadi sekarang-sekarang ini kalau ada kebutuhan apa-apa untuk besok, kami pasrah dan yakin Tuhan akan mencukupkan. Ada saja cara Tuhan mencukupi kebutuhan kami.

Romo, kami bahagia, kendati kami hidup seperti ini. Kami ini hidup dari “gresek-gresek” (mengais) sisa-sisa rejeki orang. Betul romo kami ini “gresek” sampah di jalanan, di tempat sampah di mana aja. Kendati kami “gresek” sisa-sisa rezeki orang kami tidak pernah malu. Anak-anak saya pun tidak pernah malu. Mereka kalau libur pasti ikut membantu.

 Saya selalu mengatakan pada anak-anak saya: “Hidup kita itu hanya “gresek” sisa rezeki orang tetapi halal. Jangan pernah malu. Kita “gresek” sisa rezeki orang itu berarti kita “gresek berkah Dalem” (mengais berkat Tuhan). Itu lho seperti ibu dalam Kitab Suci yang minta remah-remah untuk anjing. Kita itu seperti itu “gresek” sisa-sisa berkat.”

“Maaf Romo, bukan saya sok pinter tetapi saya mau mengajari anak-anak saya untuk tidak malu dan selalu bersyukur.”

Pungkas cerita bapak itu.

Wow, saya pulang dengan tercengang akan sharing bapak itu. Betapa aku harus lebih banyak bersyukur dan lebih bahagia ? bukankah hidupku lebih dari berkecukupan?

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here