Renungan Harian 7 Oktober 2020: Katekumen

0
786 views
Ilustrasi -- Sujud sembah. (Ist)


PW SP Maria Ratu Rosario
Bacaan I: Gal. 2: 1-2. 7-14
Injil: Luk. 11: 1-4
 
BEBERAPA tahun yang lalu ada satu kelompok  orang-orang yang sudah sepuh. Dalam kelompok ini ada sepuluh orang, yang paling muda berusia 60 tahun sedang yang paling tua 72 tahun.

Meski kelompok ini sudah sepuh-sepuh akan tetapi semangat untuk mengikuti pelajaran luar biasa. Beliau-beliau hampir tidak pernah absent bahkan kalau saya minta ijin sehingga tidak ada pelajaran, mereka tampak kecewa.
 
Mengingat usia yang sudah sepuh, pelajaran katekumen akan diberikan dalam waktu singkat tidak harus sampai satu tahun penuh. Salah satu yang ingin diajarkan adalah doa-doa pokok seperti Bapa Kami dan Salam Maria.

Maka saya mengajak bapak, ibu katekumen untuk menghafal doa Bapa Kami.
 
Pengalaman menarik mengajar bapak, ibu yang sudah sepuh untuk menghafal doa. Ketika diajak menghafal bersama, semua sebagian besar bisa menghafal, tetapi pada minggu berikutnya sudah lupa.

Ada dua orang bapak yang karena usia memang sudah sepuh menjadi kesulitan untuk menghafal. Doa bagian depan bisa dihafal, tetapi bagian tengah dan belakang lupa. Nanti tengah bisa dihafal, depan dan belakang lupa, begitu seterusnya.
 
Suatu kali bapak itu datang dan berkata: “Romo, maaf saya gak bisa lagi menghafal. Waduh saya sedih romo, karena kata anak dan menantu saya, kalau saya tidak hafal saya tidak bisa dibaptis. Romo, apakah saya boleh mendapatkan pelajaran tambahan agar bisa berdoa?”
 
Bertolak dari pembicaraan dengan bapak itu, pada pertemuan berikut saya membatalkan ajakan untuk menghafal doa Bapa Kami dan Salam Maria.

Saya mengajak bapak dan ibu katekumen untuk berdoa dengan caranya masing-masing. Apa yang terjadi sungguh-sungguh diluar dugaan saya.

Ketika diminta untuk berdoa dengan caranya masing-masing, para katekumen itu mendaraskan doa-doa yang luar biasa. Beliau-beliau merasakan bahwa bisa bicara langsung dengan Tuhan dan Tuhan terasa dekat serta mendengarkan.
 
Dalam banyak pengalaman berdoa, sering kali doa-doa yang dihafal akan didaraskan tanpa rasa sedang ketika berdoa dengan kata-kata sendiri terjebak dengan memilih kata-kata yang indah.

Pengalaman dengan bapak, ibu katekumen mengajarkan pada saya, doa itu amat sederhana, yaitu sesuatu yang tulus keluar dari hati.

Tidak perlu kata-kata indah, dan juga tidak perlu berpanjang-panjang, tetapi membawa rasa dekat dengan Tuhan.
 
Kiranya penting mohon agar diberi kemampuan untuk berdoa dengan benar seperti para Murid mohon: “Tuhan ajarlah kami berdoa.”
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here