- Pesta Santa Perawan Maria Bunda Gereja
- Kej 3:9-15, 20 atau Kis 1:12-14
- Mzm 87:1-2,3,5,6-7,
- R:3;
- Yoh. 19:25-34
SUDAH sejak dini, para murid Kristus memandang Maria, sebagai Bunda Yesus, dan karena itu juga Bunda mereka. Dalam arti ini, Pesta Maria Bunda Gereja mempunyai sejarah panjang sekali.
Oleh sebab itu, kita diundang untuk merayakannya dengan pantas.
Bacaan I Kej. 3.9-15. 20 merupakan lukisan, yang menunjukkan kepada kita, bagaimana Allah, sesudah orangtua kita pertama melawan Allah dan melakukan dosa: sudah memperlihatkan kerahiman-Nya.
Tandanya adalah, bahwa dijanjikan peran Perempuan Kudus, yang Anaknya akan memulihkan situasi dosa seluruh umat manusia.
Ternyata Kerahiman Ilahi jauh melampaui daya manusia untuk berdosa dan untuk mengingkari Kebaikan Allah.
Yang menarik adalah, bahwa bahkan caranya sudah digambarkan secara jelas: Tuhan Allah amat mengasihi kita sedalam-dalamnya.
Pemulihan relasi penuh kasih antara Yang Ilahi dan Yang Insani itu menguatkan Iman Israel selama berabad-abad.
Dari sanalah suasana cinta kasih bertumbuh subur antara umat Israel dengan Allah yang Mahakasih; bahkan kalau dosa manusia tidak juga hilang dari permukaan bumi.
Oleh sebab itu pantaslah hal itu kita syukuri tanpa henti, dan seyogianya kita mengenangkannya dengan kesiagaan tobat terus menerus dalam hidup.
Bacaan II Kis. 1:12-14 memperlihatkan, bagaimana Bunda Maria menjadi pendamping bagi para murid Kristus.
Dalam hal itu, kita ingat akan kata-kata Tuhan Yesus kepada Bunda Maria dan Yohanes di Bukit Kalvari, “Itulah Ibumu. Itulah anakmu”.
Peristiwa ini akan menyebabkan Konsili menegaskan, bahwa Maria adalah Bunda Allah. Kalau demikian, Dia juga menjadi Ibu Gereja. Artinya, Maria mendampingi iman kita kepada Sang Putera.
Dalam kondisi itu, kita dapat memahami, kalau dalam sejarah terlukis sekian banyak penampakan Bunda Maria kepada para murid Yesus Kristus.
Kemudian muncul pula devosi-devosi kepada Maria, yang menguatkan “Jalan Bersama” para murid Tuhan Yesus Kristus.
Bacaan Injil Yoh. 19:25-34 menggambarkan dengan sangat mengharukan, bagaimana Sang Guru, yang sudah berada dalam duka derita yang amat besar itu, masih memikirkan situasi Bunda-Nya dan memperhatikan Murid, yang dikasihi-Nya.
Hal itu memperlihatkan, bagaimanakah Kasih Yesus kepada Bunda-Nya dan juga kepada para murid-Nya: Ia juga menegaskan, bahwa proses penebusan sungguh dilimpahi arus cinta kasih yang melimpah ruah.
Cinta yang demikian besar itu mewarnai seluruh hidup menggereja.
Marilah kita mohon: “Santa Maria, doakanlah kami…”