Renungan Harian
Sabtu, 15 Mei 2021
Bacaan I: Kis. 18: 23-28
Injil: Yoh. 16: 23b – 28
BEBERAPA tahun yang lalu, saya diminta untuk memberi Sakramen Orang Sakit untuk seorang bapak yang sudah sepuh dan lama sakit. Sejak istrinya meninggal, bapak tersebut hanya tinggal di rumah saja sembari ditemani beberapa asisten rumah tangga.
Sejak isterinya meninggal, kesehatan bapak itu semakin menurun sehingga untuk beraktivitas pun ia harus dibantu oleh seorang perawat orang tua.
Pada saat saya datang ke rumah itu, tiga orang anaknya serta para menantu serta cucu semua ada. Maka saya mengadakan ibadat Sakramen Pengurapan Orang Sakit diikuti oleh semua anggota keluarga.
Ibadat diadakan cukup meriah, karena diiringi dengan beberapa lagu.
Setelah ibadat selesai, kami ngobrol dengan di ruang tengah, sedangkan cucu-cucunya diminta untuk ke lantai atas.
Bapak itu menunjuk anaknya yang kedua sambil mengatakan: “Romo, anak saya yang kedua ini paling nakal diantara anak-anak saya. Saking nakalnya dia sekolah “hanya” lulus SMA, tidak seperti yang lain bisa menjadi sarjana.
Dulu saya selalu merasa anak ini yang merepotkan dan bikin banyak pikiran. Tetapi kemudian saya melihat anak saya yang satu itu nakal namun sembodo (bertanggungjawab).
Saat lulus SMA dan tidak mau sekolah lagi, dia hidup mandiri. Ia sengaja tidak tinggal di rumah ini, dia kostdan bekerja, entah kerja apa tetapi tidak pernah minta apa pun ke kami.
Sejak dulu kami, saya dan mamanya selalu bertanya bisa dibantu apa, mumpung kami masih sanggup, dia selalu menolak. Bahkan waktu dia nikah, semua dibiayai sendiri.
Memang pesta perkawinannya tidak semewah saudaranya yang lain, tetapi dia maunya begitu.”
Anak yang ditunjuk itu diam saja sambil senyum-senyum.
Kemudian bapak itu bertanya ke anaknya yang kedua itu: “Nak, ini mumpung ada Romo, biar jadi saksi. Sebelum papamu ini meninggal, kamu ingin apa dari papamu ini?
Papa masih ada beberapa tanah, dan juga rumah, kamu bisa ambil yang mana, tetapi jangan rumah ini, karena sudah diminta kakakmu.”
Anaknya diam tampak gelisah, saya pikir dia malu untuk bicara karena ada saya.
Maka saya mengatakan sebaiknya saya pulang biar semua jadi nyaman.
Tetapi anak yang kedua itu mengatakan tidak apa-apa.
Kemudian anak itu menjawab:
“Bener nih Pa, kalau saya minta papa pasti mengabulkan?”
“Iya pasti, kan papa sudah bilang Romo yang menjadi saksi. Saya ingin kamu meminta sesuatu agar papamu ini lega dan bahagia; dan papa berharap kamu juga menjadi bahagia,” bapak itu menjawab.
“Pa, kalau boleh saya minta papa tinggal dengan saya, di rumah saya. Pa, selama ini saya merasa selalu merepotkan dan membuat papa dan mama sedih, saya rasanya belum berbakti. Maka saya ingin, papa tinggal dengan saya, supaya saya selalu dekat dengan papa, dan bisa selalu melihat papa dan ngobrol dengan papa,” jawab anaknya.
Saya melihat bapak itu mengeluarkan airmata, mendengar jawaban anaknya.
Saya sendiri ikut terharu, tidak menduga jawaban anaknya seperti itu. Sebuah ungkapan cinta yang luar biasa pada papanya.
Anaknya tidak ingin harta atau apapun kecuali ingin selalu dekat dengan papanya.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes, Tuhan meminta agar para muridNya meminta sesuatu. “Sampai sekarang kamu belum meminta sesuatu pun dalam namaKu. Mintalah maka kamu akan menerima supaya penuhlah sukacitamu.”
Bagaimana dengan aku, apa yang akan kuminta kepada Tuhan?