Renungan – Saksi

0
1,195 views
Ilustrasi - Menjadi saksi di pengadilan. (Ist)

Minggu, 23 Mei 2021
Hari Raya Pentakosta
Bacaan I: Kis. 2: 1-11.
Bacaan II: Gal. 5: 16-25.
Injil: Yoh. 15: 26-27; 16: 12-15.
 
BEBERAPA tahun yang lalu, saya dipanggil pengadilan untuk menjadi saksi. Pertama saya diambil sumpah-janji yang isinya bahwa saya akan memberi kesaksian dengan jujur dan benar. Setelah diambil sumpah dan janji, saya diminta untuk menyebutkan identitas diri, dan hakim mencocokkan dengan data yang sebelumnya sudah diminta.
 
Setelah itu, saya ditanya oleh hakim apakah saya kenal dengan orang ini, kenal di mana, berapa lama kenal, dalam hubungan apa.

Setelah saya menjawab semua pertanyaan tentang pengetahuan saya tentang orang yang saya beri kesaksian, hakim melanjutkan pertanyaan tentang pengetahuan saya atas kasus yang sekarang sedang diadili.

Setelah hakim bertanya, giliran jaksa penuntut umum bertanya.

Pertanyaan hakim diulang lagi, dan beberapa pertanyaan diulang-ulang.

Demikian pula dengan pengacara bertanya hal yang sama dan berulang-ulang.

Kiranya pertanyaan yang diulang-ulang untuk mengetahui konsistensi jawaban saya dan kejujuran saya.
 
Pengalaman menjadi saksi di pengadilan menyadarkan saya apa arti menjadi saksi.

Saksi harus mengenal sungguh dengan orang yang atas dirinya saya memberi kesaksian. Pengenalan bukan hanya soal dengar-dengar tentang orang itu, tetapi punya hubungan tertentu, entah hubungan pertemanan atau hubungan berkaitan dengan pekerjaan tertentu.

Selain pengenalan, saksi harus mengetahui tentang peristiwa yang sedang diadili dalam pengadilan.

Artinya kalau syarat-syarat itu tidak dipenuhi, maka saya tidak bisa menjadi saksi.
 
Sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes menegaskan panggilan menjadi saksi; memberi kesaksian tentang Tuhan.

Dengan demikian, saya harus kenal sungguh dengan Tuhan dan tahu tentang karya-karya Tuhan.

Saya tidak akan layak dan tidak bisa menjadi saksi apabila saya tidak kenal dengan Tuhan dan karya-karyaNya.

“Ia akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus bersaksi, karena kamu dari semula bersama-sama dengan Aku.”
 
Bagaimana dengan aku?

Adakah aku layak dan pantas untuk menjadi saksi?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here