Renungan – Tidak Menyerah

0
325 views
Ilustasi: Menoreh karet di Sekadau, Kalbar. (Sr. Ludovika OSA)

Bacaan I : Kis 28:16-20, 30-31
Injil : Yohanes 21:20-25  

“SAAT ini saya baru menikmati sukacita setelah kegagalan,” kata seorang bapak dengan senyum.

“Bagaimana saya tidak bersyukur? Setelah serangkaian kegagalan dalam usaha, dari menampung gaharu, lalu jual beli sarang walet, tapi semuanya berakhir dengan kerugian tidak sedikit. Kini, baru bisa bernafas lega dengan usaha karet,” kata bapak itu.

“Dari bisnis yang bergelimpangan uang ke karet yang agak seret uangnya,” kata isterinya.

“Kita tidak boleh silau dengan keberhasilan orang lain. Saya sudah mengalami bahwa setiap orang punya jalan rezekinya sendiri-sendiri,” kata bapak itu.

“Sebelum rugi, bapak juga sulit saya nasehati,” kata isterinya.

“Saya malu untuk menyerah. Tetapi kenyataan membuat saya tidak hanya menyerah. Namun harus berpasrah dan mengubah arah,” kata bapak itu.

“Saya harus menjalani usaha sesuai ini dengan kemampuan dan intuisi saya, selain tetap mohon bimbingan Tuhan,” katanya.

“Kalau sebelumnya usaha saya hanya habis untuk biaya operasional. Dengan usaha karet ini, malah setiap bulan bisa menabung,” kata ibu itu.

Kegagalan bukan akhir segala-galanya.

Keberanian untuk memutar arah dan mencari dengan rendah hati jalan kehidupan baru sering kali mengantar kita pada sebuah keberhasilan. Bahkan kesejahteraan.

Kegagalan adalah pintu masuk untuk menemukan keberhasilan baru.

Kegagalan Petrus dalam jalan kemuridan dengan mengkhianati Yesus sampai tiga kali menghantar dia untuk menjadi gembala yang berhati mulia, gembala yang setia.

Sejauh mana kita bisa belajar dari kegagagalan kita?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here