Resign

0
283 views
Ilustrasi: Berkurban demi anak yang masih kecil dan ternyata berkebutuhan khusus. (Ist)

Renungan Harian
Kamis, 22 April 2021
Bacaan I: Kis. 8: 26-40
Injil: Yoh. 6: 44-51
 
BEBERAPA waktu yang lalu saya bertemu dengan seorang teman dengan suami dan anaknya yang masih kecil, di sebuah pusat perbelanjaan. Sudah amat lama saya tidak berjumpa dengan teman ini.

Saya kenal dia sebagai seorang perempuan karir yang memiliki karir luar biasa. Sejak masih kuliah dia sudah bercita-cita menjadi seorang perempuan karir.
 
Dalam sebuah pembicaraan sewaktu dia masih mahasiswa, dia mengatakan bahwa dia tidak akan mengurbankan karirnya demi hidup berkeluarga.

Dia tidak menolak hidup berkeluarga. Tetapi apabila hidup berkeluarga menjadi penghambat untuk berkarir, maka dia memilih tidak hidup berkeluarga.
 
Karena sudah lama tidak bertemu, maka undangan dia untuk ngobrol sambil minum kopi bareng, saya terima.

Karena saya tahu dia seorang perempuan karir, maka pertanyaan pertama yang keluar dari saya adalah sekarang kerja di mana.

Jawaban dia cukup mengejutkan: “Aku sekarang tidak kerja, aku jadi ibu rumah tangga saja.”
 
“Wow, gak salah dengar aku? Seorang kamu bisa memutuskan jadi ibu rumah tangga saja? Mimpi apa kamu?,” tanyaku setengah tidak percaya.

“Wan, kamu tidak akan percaya dengan keputusanku. Tetapi itu pilihan terbaik dalam hidupku.
 
Wan, ketika aku mendengar dari dokter bahwa anakku berkebutuhan khusus, dalam hati aku berkata: “Aku harus resign supaya aku bisa menemani pertumbuhan anakku yang berkebutuhan khusus.”

Ketika aku ngomong ke suami, suamiku terkejut, dia khawatir ini keputusan emosional dan akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Aku meyakinkan dia, bahwa ini keputusanku dengan bebas.
 
Wan, satu hal yang ada dalam pikiran dan hatiku adalah bahwa dia (anakku) membutuhkan aku sepenuhnya. Dan aku yakin bahwa dengan aku memberikan waktuku sepenuhnya, aku akan lebih mengerti dia. Satu hal yang kuinginkan dia bertumbuh kembang dengan bahagia,” teman saya menjelaskan.
 
“Luar biasa”, kataku dalam hati.

Itulah cinta. Pemberian diri sepenuhnya untuk kebahagiaan putranya. Dan lebih dari itu, pemberian diri dengan mengorbankan segala mimpinya untuk hidup dan masa depan putranya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Yohanes, Tuhan Yesus memberikan diri-Nya, mengurbankan diri demi keselamatan umat manusia yang dicintaiNya.

“Dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia”
 
Bagaimana dengan aku? Adakah aku merasakan cinta Tuhan?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here