RIP Dominiria Hulu, Aktivis Kemanusiaan Sejati

1
1,392 views

MINGGU malam pukul 22.00, telepon saya menampilkan tanda panggilan masuk, Tertera nama salah satu alumni penerima beasiswa asal Nias. Tumben, Selvi telpon malam-malam, batin saya dalam hati. Pasti salah pencet.

Sedetik kemudian, muncul tanda panggilan lain. Kali ini Natali yang seangkatan dengan Selvi. Langsung saya angkat dan mencoba menebak hal urgen apa yang terjadi.

Berita yang saya terima ternyata info kepergian Dominiria Hulu, yang akrab dipanggil Domi, kakak Natali.

Berita itu tak nyana mengagetkan dan menimbulkan kesedihan buat saya dan teman-teman Bhumiksarawan, terutama angkatan 2005, angkatan penerima Program Beasiswa Bhumiksara Pemapan yang tersebar di 16 Keuskupan di Indonesia.

Aktivis kemanusiaan sejak kuliah

Domi lulus dari Universitas Sumatera Utara (USU) pada 2009. Sejak mahasiswa Domi sudah memilih jalur hidup untuk mengabdikan diri pada gerakan kemanusiaan lewat LSM.

Pada tahun pertama kuliahnya di tahun 2005 dia aktif melibatkan diri. Ketika itu terjadi gempa Nias berskala 8,6 Richter. Domi menjadi tenaga penerjemah dan staf lokal poyek Japan Disaster Relief saat itu. Kemudian dia membantu NGO Jerman Help pada 2006-2007.

Dedikasinya teruji, dari tahun 2009 sampai meninggalnya pada 26 April 2020, dia tetap setia dalam jalur panggilannya sebagai tenaga bidang kemanusiaan.

Kariernya di WVI berawal sebagai staf monev, lalu masuk tim manajemen bencana nasional, naik sebagai koordinator kualitas dan akuntabilitas program, koordinator monev sampai menjadi asisten eksekutif Project COPE WVI.

Berbagai bencana dia terjun ke lapangan bersama timnya. Antara lain gempa di Pidie Jaya, tsunami di Selat Sunda, dan bencana gempa Nias sendiri.

Aktivis OMK

Berlainan dengan beberapa aktivis kemanusiaan yang mengambil jarak dari Gereja, Domi tidak memisahkan dirinya.

Dia bahkan sempat bekerja di Pusat Pastoral Keuskupan Sibolga di tahun 2009. Setelah bekerja di WVI, keterlibatannya di OMK tetap kuat.

Buktinya dia masuk sebagai perwakilan OMK Keuskupan Sibolga dalam Indonesia Youth Day 2012 di Sanggau, Asia Youth Day 2017 di Yogyakarta, bahkan sampai ke World Day 2016 di Polandia.

Domi mengikuti Indonesia Youth Day 2012 di Sanggau. Foto bersama Bhumiksarawan 2005 yang hadir pada acara tsb.

Saya ingat tanggal 6 Agustus 2017 sempat bertemu Domi di lokasi Asian Youth Day  di Yogyakarta, setelah tim Bhumiksara menyampaikan topik tentang pendidikan antikorupsi di salah satu ruang seminar 7th Asian Youth Day. Kami bertemu di selasar yang penuh sten dan hiasan menarik.

Salah satu hiasan yang paling kami kagumi adalah semut raksasa terbuat murni dari sabut kelapa. Waktu itu sayangnya Domi tidak mendapat suvenir semut raksasa tersebut. Ketika dia selesai dengan rombongan OMK Sibolga, semua semut sudah dikardusin oleh panitia.

Pribadi yang hangat

Bicara dengan Domi selalu menyenangkan. Pengetahuannya luas terutama tentang program penanganan bencana dan pemberdayaan masyarakat.

Logatnya sangat khas bagi saya. Cara bicaranya cepat dengan disertai gerak tangan dan mimik wajah yang antusias dalam setiap kalimatnya.

Di antara kehadirannya ke Jakarta untuk bermacam tugas atau pelatihan, Domi sering menyempatkan diri mampir ke Sekretariat Bhumiksara untuk sekedar berbincang-bincang.

Rasa syukurnya sebagai Bhumiksarawan membuatnya memprioritaskan waktu untuk berkunjung.

Maka ketika Bhumiksara mengajak Bhumiksarawan muda membantu untuk membuat analisis eksternal dalam revisit renstra, nama Domi termasuk yang pertama muncul dalam benak saya.

Dan Domi dengan semangat mengiyakan ketika diminta membuat analisis sosial budaya sesuai bidang kegiatannya selama ini.

Domi presentasi analisis dalam rapat membahas renstra Bhumiksara, 2019.

Pada 22 Juni 2019, Domi hadir dan presentasi analisisnya secara ringkas di depan para organ Yayasan Bhumiksara dan ikut urun rembug bersama beberapa Bhumiksara muda lain seperti Pandu, Yayan, Yeye, Noel, dan Yosua.

Kepedulian para Bhumiksarawan muda itu sangat membesarkan hati para pengurus karena menunjukkan kaderisasi mulai bergulir.

Cinta keluarga

Domi adalah orang muda yang sangat dewasa, begitu kesan ketika saya bertemu pertama kali. Saya sudah mendengar pengalaman kerjanya sejak tahun pertama dia kuliah.

Dia membantu menyokong perekonomian keluarganya. Bagi adik-adiknya Domi adalah kakak panutan mereka.

Tidak pernah saya mendengar Domi mengeluh lelah menjadi tulang punggung keluarganya. Ia selalu mengisahkan perkembangan keluarganya dengan penuh kasih setiap kami bertemu.

Melihat foto-foto di medsosnya fokusnya adalah keluarganya.

Dia sangat memperhatikan pendidikan adik-adiknya, supaya mereka berkesempatan masuk sekolah berkualitas untuk bekal masa depan mereka. Keluarga mereka membuktikan diri dengan semua anaknya bisa kuliah di tengah keterbatasan. Semua berusaha bekerja sambil kuliah di samping meraih beasiswa dengan prestasi mereka.

Kontak terakhir

Tanggal 8 April 2020 di tengah pembatasan sosial kami berkontak via WA. Saya mendapat kabar bahwa  Domi pindah dari Surabaya untuk mendampingi tiga adiknya yang menetap di Jakarta.

Dia cerita sedang melamar beberapa posisi di berbagai NGO sesuai dengan pengalaman dan keahliannya. Ketika dia info tinggal di dekat Kuningan, kami membuat janji untuk bertemu di Sekretariat Bhumiksara yang terletak di dalam Kampus Semanggi Unika Atma Jaya.

 Sekretariat yang baru pindah sejak Februari 2020 ini belum pernah dikunjungi Domi.

Komunikasi terakhir adalah ketika dia dengan gembira mengirim pesan pada tanggal 15 April 2020. Domi mengabarkan dia sudah kerja di WVI lagi, dan itu adalah hari pertamanya masuk kerja. Saya tidak ngobrol lama, karena saat itu pkl 9 pagi, tentunya dia sudah sibuk dengan koordinasi posisi barunya di WVI.

Ternyata itulah kontak terakhir kami.

Didoakan dalam Ekaristi Peringatan St. Petrus Kanisius

Selamat jalan Domi. Hari ini namamu disebut dalam intensi misa di Kapel Kolese Kanisius oleh Romo Joannes Heru Hendarto SJ, Rektor Kolese Kanisius. Romo Heru menjulukimu pahlawan kemanusiaan.

Hari ini Romo Heru memimpin misa konselebrasi bersama Romo Eduardus Calistus Ratu Dopo SJ (Kepala SMA Kanisius) dan Romo Alexander Koko Siswijayanto SJ (Moderator SMP Kanisius) untuk Perayaan Ekaristi Peringatan Santo Petrus Kanisius.

Ini perayaan penting tentunya untuk para Kanisian dan keluarga besarnya. Yang melihat misa ini di YouTube sampai saat ini sudah di atas 3.000 view. Walaupun Domi bukan Kanisian, tapi didoakan dalam misa khusus ini adalah berkat luar biasa. Tuhan menunjukkan kasih-Nya yang besar kepada Domi.

Domi, selamat memasuki kedamaian abadi bersama para kudus di surga. Mohon doakan kami ya, doakan Bhumiksara agar bisa terus berkembang untuk kaderisasi para pemimpin muda yang berintegritas, unggul, melayani, berbelarasa, dan inklusif seperti dirimu.

Domi juga diberkati oleh Romo Andreas Suparman SCJ, tadi sebelum berangkat ke pemakaman.

Romo Suparman adalah Kepala Dokpen KWI.

Semoga semua doa ini membuat perjalanan pulang Domi lancar. Ini mudik yang tak bisa dilarang pemerintah atau siapa pun.

Selamat jalan Domi, salam kasih dari kami semua yang mengasihimu.

RIP Domi. Selamat jalan menuju Rumah Bapa.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here